Kamu: Pujaan Hati


Malu masih terasa, getaran pun masih ada. Aku tidak tahu, apakah ini cinta atau sebatas suka melihat parasmu penuh pesona itu. 

Aku sungguh tidak tahu, apa ini hanya rasa angin lalu saja. Saat ada paras lain, lari ke nama tersebut.

Hey, aku ingin menyapamu. Tapi malu. Klise banget ya. Seolah kamu mahkota yang dijaga para algojo. Padahal kamu, hanya manusia yang dijaga kesucian jiwa. Dihiasi anugerah Ilahi. 

Aku ingin, kamu tetap seperti itu. Walau kita tak disamakan, tak apa, menatap parasmu cukup buatku ceria.

Aku tak mau banyak alasan, karena bagiku mencintai bukan soal mendekati jua mengungkapkan. Cinta itu soal komunikasi kita terhadap prinsip. Tentang mimpi. Tentang langkah. Pastinya, tentang kepastian diarahkan ke mana.

Tapi aku cemas, kenapa harapku tak menggebu mendekatimu. Entah karena aku yang kurang modal, kurang gentle, atau Pemilik Masa belum isyaratkan aku melangkah ke jenjang serius.

'Menunggu itu tidak enak,' katamu.

Justru itu, aku belum berani menyapamu. Mungkin tetap begini, aman untukku dan bebas untukmu. Kita saling meraba rasa, di sana tersimpan lautan kobaran asmara.

Bagiku, diam itu bukan berhenti. Justru diam terus menuntun untuk melangkah..  rasa rindu terus membakar.

Pujaan, kapan kita dipetemukan lagi? (*)

Posting Komentar

2 Komentar

Menyapa Penulis