Kalah Lomba, Kenapa Marah?

Pamflet salah satu event menulis di dumay. Sumber : dok. Pribadi

Pekan lalu, salah satu grup kepenulisan tengah mengadakan event kepenulisan puisi. Wujud syukur akan grup yang telah dua tahun eksis. Saya pun ikut di sana, karena salah satu member di sana.

Sebelum ikutan saya sudah siap menang dan kalah. Bagi saya, menang sudah biasa. Sering banget malah. Haha. Menang kayaknya gak pernah dan kayaknya kecil kemungkinan menang. 

Saya sadar dengan kenyataan itu. Keikutsertaan di sana, tak lain hanya iseng dan ingin ikut andil saja. Tak lebih. 

Kemarin para admin mengumumkan siapa jawara di event tersebut. Benar saja, nama saya gak nongol di sana. Boro-boro juara satu, juara harapan saja jauh antara langit dan bumi.

Apa saya kecewa?

Ada saja, meski amat sikit. Sikit sekali. Seperti yang tadi dikatakan bahwa saya siap menerima kenyataan apa saja, jangankan kalah, untuk menang saja saya siapa. Serius banget malah. Haha.

Tapi nampaknya ada member yang belum menerima. Mereka marah dan kecewa, grup pun kena luapan kemarahan itu. Postingan pengumuman kena serbuan haters. Untuk sementara, komen pun dikunci. Tak ada yang bisa komentar. 

Jangankan manusia, makhluk sekecil apapun gak bisa ngintip. Jangankan kurcaci, semut pun haram main mata. Ya sudah, selamat buat para pemanang!

Ada hal menarik untuk mereka yang belum menerima. Kenapa belum menerima, apa ingin selalu menang?

Saran saya, kalau ingin selalu menang ikut deh cara Pidi Baiq. Sederhana sekali: buat event sendiri, tentukan pemenang sendiri, buat piagam sendiri dan buat piala sendiri. Terakhir, pajang di rumah sendiri.

Selamat Anda telah jadi pemenang!

Kalau gak mau dan ingin tetap normal, ya terima kenyataan. Tak usah berpikir macam-macam. Ada kalah dan harus menang. Memang harus ada yang dimenangkan. 

Terlepas di sana ada intrik atau tidak, jangan sampai marah. Terima saja. Toh, marahmu tiada guna. Tak ada yang memahami. Nanti malah kena stigma, penebar keonaran. 

Di mana letak enaknya?

Dewasa dan coba belajar dari kegagalan tersebut. Gak apa-apa terus gagal asal nasib hidupmu bersinar.

Loh, kok gitu? 

Ya. Sama saja, mau menerima seharusnya begitu. Mau protes tak ada yang mendengar. Mending fokus menata cita dan berlatih lebih keras. Keras lagi dan lagi. 

Mungkin selama ini ada hal yang luput dari jangkauanmu bahwa kamu tidak dan bukan bidangnya di event tersebut. Kamu punya nilai lebih yang harus kamu cari. Kejar dan temukan itu. 

Besok-besok, jangan dulu ikutan event kalau luka itu masih menganga. Sembuhkan dulu. Semoga kamu berhasil di sana. (*)

Pandeglang |  26 November 2021

Posting Komentar

0 Komentar