Ibrah Sikap Bupati Dedi Mulyadi dalam Video Viral

Sosok Dedi Mulyadi sering jadi perbincangat hangat publik. Tak lain karena ia terkenal dekat dengan warganya dan kebijakannya terasa oleh masyarakat

Kepercayaan itu mengantarnya dua kali menduduki jabatan bupati Purawakarta melalui kendaraan Partai Golkar. Sempat juga disorot dengan sikapnya yang menutup pohon-pohon di pinggir jalan, puncaknya dengan istilah sampurasun-rampes.

Baru ini atau entah ya, ada videonya yang marah-marah di salah satu pasar. Hal itu dilakukan karena penataan yang berantakan dan tak terurus. Menambah kekumuhan. 

Pasar tak ubahnya kebun tak berpenghuni. Semua berniat ingin ke luar dan kios dalam kosong melompong. Karena di luar lebuih ramai dan strategis. Walau itu mematikan pengunjung di dalam. Meski melanggar aturan tapi warga tak peduli. Lagian sebagian pemangku kuasa biasa dibeli. 

Bukan rahasia lagi dengan istilah kongkalingkong. Berpadu untuk urus perutnya sendiri. Untuk itu, di video tersebut Bang Mulyadi turun ke lapangan sebagai wujud kepedulian.

Bukan pengelola pasar tidak tahu dan pedagang nakal, tetapi banyak pengelola pasar dan apatur terkait tak mau pusing juga terkena resiko. Menata pasar yang indah, asri, dan menarik untuk dikunjungi macam pasar modern tak mudah.

Tak sekedar kata tanpa usah. Teori dan wacana penting, akan tetapi yang jauh lebih penting ialah memastikan teori itu dilaksanakan agar terus eksis demi sejahteranya rakyat. 

Lihatlah di videonya, Bang Mulyadi adu argumen dengan pedagang yang diusir paksa karena ulahnya. Bagaimana pun aturan harus ditegakan, alibi harus ditentukan.

Karena di anatara ciri nyamannya orang belanja di pasar modern itu ada dua: tertata dan mau ditata.

Kita lihat kondisi pasar tradisional yang sampah menumpuk, tempat kumuh, becek, dan keamanan juga kenyamanan sering jadi sorotan. Itu tontonan yang ada. Belum lagi kita bicara oknum yang ada di dalamnya, akan dibawa ke mana kualitas pasar?

Bang Muyadi berani dan siap dengan resiko yang ada, tidak jaga imej. Lucu atuh, masa pejabat negara mengeluh dengan kerjaannya.

Pasar Pandeglang misalnya, hanya ada operasi kaki lima dan penataan kalau momen tertentu. Selebihnya, yang biasa lagi. Trotoar makin sempit dengan pedagang yang menyemut tak beraturan, parkir asal tempat aja, dan pasar di dalam sepi karena diserimpit di luar. Bisa jadi, pejabat yang punya wewenang diam dengan daya beli di pasaran yang lesu.

Menyaksikan ini, perlu sekali ada penataan dengan keberanian. Kalau serius mau mendongkrak pertumbuhan perekonomian daerah pasar harus jadi perhatian. Dengarkan keluh para pedagang, datang ke lapangan, bangun kesadaran, bergerak bersama membangun daerah. 

Sikap dan langkah Bang Mulyadi bisa jadi teladan, meski sudah tak lagi menjadi orang nomor satu di Purwakarta tapi kepeduliannya patut diacungkan jempol. Semoga saja bisa diikuti oleh semua pemegang amanah, dan harapnya bukan sekedar konten belaka. Selebihnya, wallahu 'alam. []

Pandeglang |  6/11/21

Posting Komentar

0 Komentar