Kamu Ingin Bisa Menulis, Ini Trik-nya!

ini piagam, diberikan karena saya menulis.
-

Ada seseorang bertanya kepada saya, bagaimana caranya agar bisa menulis. Maksudnya menulis yang baik lagi produktif ya, bukan sekedar nulis cari sensasi. 

Soalnya, hari ini kita ada di masa bahwa sensasi itu segalanya. Sensasi tanpa esensi tak apa. Tak punya sensasi seolah mati saja. Keras memang, tapi itu hak faktual di sekitar kita.

Lalu, apa trik agar bisa menulis itu?

Hmm, apa ya. Soalnya, maaf ya, penulis juga sedang belajar dan tahap belajar. Jadi maklumi kalau narasi pembicraannya gak nyambung. Macam hubungannya sama peri bersurban hitam, gak nyambung-nyambung. 

Kok curhat gini?! Haha

Baik kawan yang baik, mari kita masuk ke fase seriusnya ya.

Pertama, sederhanakan arti menulis itu.

Menulis itu, ya menulis. Seperti kamu makan, ya makan. Tak lebih dan kurang. Cuma ke depannya akan ada penilaian: enak atau tidak. Terus makan saja, jangan komentar tak kenyang, terus makan saja. Lama-lama enak, karena terbiasa.

Kalau kamu serius ingin jadi penulis-- walau sekarang makna ini banyak absurd-- tak ada lain, ya terus menulis.

Dari mana dong menulisnya kak?

Dari apa yang kamu suka. Misalnya kamu suka drakor, ya nulis perihal drakor yang kamu tahu. Begitu juga kamu suka puisi, curhat, atau mungkin gosip. Yang terakhir saya gak menyarankan. Haha. 

Menulis semampu kamu. Sehari 100 kata, ya bagus. Lanjutkan. Mau 200 kata, ya baik. Intinya, tiap hari harus menulis. Jangan jadi beban, anggap hiburan dari penatnya kehidupan. 

Kedua, nikmati prosesnya.

Awal memulai sesuatu itu tak mudah. Mudah goyah. Gampang menyerah. Wajar sekali, kan baru mulai.

Tapi, kamu tak akan berubah kalau hanya diam dan gerak. Ingat saat kamu masih belajar menjalankan sepeda, agar seimbang justeru dengan terus menjalankannya.

Jatuh tak dirasa, karena kamu ingin bisa. Sakit terasa, akan tetapi karena kamu yakin bisa maka hasilnya seperti keyakinanmu: berhasil. 

Dalam menulis pun begitu, selalu ada proses di balik kata "mahir" dan "bagus". Bukan datang tiba-tiba. Kalau istilah santri itu: العلم ب الكسب ولاب النسب.

Maksudnya, ilmu itu karena di cari/usahakan, bukan karena turunan. Sekalipun kamu punya kakak, orangtua atau siapa anggota keluargamu yang bisa sesuatu, tak ada jaminan kamu juga bisa tanpa mau usaha. Pahamkan sampai saat ini?

Ketiga, luruskan niat dan banyak baca. 

Niat lurus akan menuntun langkah dan membaca akan menambah inspirasi. Seumpama makan: orang yang banyak menulis tapi tidak banyak membaca itu seperti orang banyak berak tapi tidak makan. 

Namanya itu diare. Bahasa kitanya muntaber. Badan lemes, perut kosong, dan jiwa capek. Atau ada orang yang banyak membaca tapi tidak suka menulis, itu macam orang banyak makan tapi tidak berak-berak. 

Kira-kira bahaya gak?

Nah, kalau kamu mau sehat dan tetap punya nilai, ayo menulis. Dari penelitian yang ada menyebutkan bahwa orang yang pandai menulis sering terbebas dari stres. 

Dan kata Pramudya Ananta Toer, seorang legenda kepenulisan Indonesia, bahwa menulis itu menuju kebadian. 

Abadi gimana maksudnya?

Abadi dalam makna sesungguhnya. Kamu mencatatkan nama kamu di catatan sejarah. Kok bisa? Bisa dong, kamu telaah gih siapa saja orang yang hari ini harum namanya di pentas dunia. Bisa dipastikan, orang yang sudah punya karya dengan perbuatannya atau ide yang dibukukannya.

Kitab hadist, apa itu ada tanpa ada yang menulis?

Kitab suci al-Qur'an yang sampai ke kita, apa itu karena ada yang menuliskannya dengan izin nabi ya?

Jadi, sudah tertarik? Kalau belum, maaf saya tak bisa menemani terlalu lama. Masa depanmu ada di tanganmu, Allah akan menentukan saat kamu mau berusaha. Udah itu saja. Wallahu 'alam. (*)

Pandeglang |  6 November 2021

Posting Komentar

0 Komentar