AKU INGIN TERUS MENULIS

Sumber internet
-

Menulis itu sebuah proses menikmati tentang nuansa. Tak peduli sepi, tak peduli ramai. Tak ada sunyi. Tak perlu memikirkan status diri.

Menulis itu proses mengenal diri. Kalau bukan siapa-siapa, ya sadari. Kalau bukan orang besar, terima. Intinya menikmati di mana Allah menentukan takdir.

Menulis tidak selalu membuat kamu banyak uang. Contohnya aku. Aku tidak sekaya itu. Namun kamu harus percaya, itu buat kamu bisa bahagia. Syaratnya sederhana: kamu nikmati prosesnya.

Penulis itu dikenal sombong. Sok idealis. Ke mana-mana bawa buku bukan pacar. Pacar di bawa buku di bawa. Tanpa pacar buku pun tetap melekat. Melekat dalam aktivitas harian.

Mereka bilang itu membosankan. Bagiku justeru menyenangkan. Menuangkan apa yang diketahui untuk dikecup penikmat ilmu. Setidaknya sejarah tahu, aku berusaha mewarna duniaku. Tak peduli sesederhana apapun.

Toh hidupmu bukan untuk menyenangkan mereka. Itu pikirku. Sudah banyak terdengar cemooh dan merendahkan aktivitas harianku, tapi maaf, aku capek untuk menanggapi. 

Aku ingin bahagia. Tersenyum akan nasib. Bangga atas pencapaian selama ini. Terserah kata orang. Orang pun terserah mereka. Mereka bukan aku, aku bukan mereka. Bahagia merka bukan bahagia aku, aku bahagia pasti mereka juga harus.

Aku ingin tetap menulis sampai renta nanti bila Allah mengijinkan. Bukan ingin terkenal. Tak peduli hanya cari sensasi. Hanya ingin menuju apa yang aku cita.

Banyak menulis bukan aku pintar. Pintar bukan aku. Aku belum pintar. Hanya proses menikmati. Hobi meringankan hari.

Betapa kenyataan amat menyakitjkan. Sayangnya aku tak ingin bersedih. Menyerah pada takdir tak ingin. Aku ingin tetap berdiri meski rasa sakit terus menjangkit. Luka menganga. 

Berat benget. Seberat nahan rindu menumpuk lantas dia pergi tanpa kabar. Kalau ini menyedihkan. 

Terus kamu mau apa lagi?

Terus menulis dan tetap menulis. Sampai nanti bisa mengelupasi derita juga rasa sesal. Moga saja ada nilai didapat.

Aku tengah meluruskan niat. Niat lurus katanya menentramkan. Menentramkan hati cara bahagia. Bahagia itu jiwanya tenang. Setenang percik air di pegunungan ditemani ceria. (*)

Pasar Pandeglang |  25/12/21

Posting Komentar

0 Komentar