Nahkoda Baru NU

Salah satu baliho di pinggir jalan. (Sumber internet)

Siapa yang tak kenal NU dan segala sumbangsih besarnya. Sepanjang abad terus melahirkan putra terbaik untuk berkhidmat dan turut menjaga eksistensi bangsa di tengah tantangan global yang amat dinamis.

Tak kenal jemu merawat keharmonisan dan toleransi di kemajukan bangsa. Angka gerakan esktrem mencuat, NU hadir menyirami api permusuhan. Demi damai dan elok. 

Betapa kita lelah dengan kenyataan yang kadang menusuk kesadaran, tapi kita tak kehilangan pahlawan yang intens menjaga kebhinekaan dan rasa harmonis. Memeluk perbedaan, menebar rasa humor, membagi rasa kasih, tulus; saat gelap di republik kita butuh cahaya dari para ksatria.

Seabad bersama NU, sebuah perjalanan panjang tentunya. 

Hari berlalu, kini NU di nahkodai Ketum baru. Itulah KH. Yahya Staqup. Biasa disapa Gus Yahya. Putra dari pimpinan pesantren di Rembang. Keluarga NU tulen dan pernah mengisi poros kekuasan di masa lalu.

Tapi kan itu sosok kontroversi?

Tokoh NU dan kontroversi rasanya biasa. Apalagi kalau kita rafalkan nama Gus Dur, siapa tak kenal? Sudah malang melintang baik di dalam maupun di luar negeri.

Begitupula sosok Gus Yahya, begitu biasa dipanggil. Pernah menggegerkan jagat nusantara karena mengunjungi Israel membawa misi perdamian untuk Palestina. 

Di sana Gus Yahya disambut hormat dan diberi ruang untuk bicara. Kalau masih ingat ini tak jauh dengan sikap dan langah Gus Dur yang sempat kontroversi jua saat akan membuka kedutaan Israel di Indonesia. Setahu saya, pernah ke Israel juga buat heboh juga.

Singkatnya, langkah Gus Yahya memantik tanggapan itu tak lain mengikuti langkah dari Gus Dur. Seharusnya bukan bareng aneh, wong Gus Yahya pernah  jadi jubir Presiden Gus Dur dan kayaknya pecinta pemikiran Gus Dur. 

Bukan hanya Gus Yahya, di NU sendiri nama Gus Dur punya kursi khusus di hati keluarga besar struktural NU. Karena di bawah kemimpinannya tiga periode NU bisa eksis dan hadir dengan langkah produktif. Pencapian yang tentunya buat bangga elemen NU.

Menurut saya sendiri bukan kontroversi itu perlu disoroti. Tapi alasan apa dibalik tokoh NU mau kontroversi. Pasti ada satu hal yang belum kita pahami dan hanya bersangkutan yang lebih memahami.

Di sinilah perlunya cek and kroscek agar tak ada kecurigaan yang merusak persaudaraan bangsa. Mungkin diadakan silaturahim akbar bagi tokoh-tokoh untuk saling menyelami pemikiran demi integrasi pembanguan bangsa tercinta.

Selamat dan sukses untuk keluarga beserta jajaran NU atas terlaksananya muktamar ke-34 di Lampung. Semoga di bawah kepemimpinan baru terus berkibar menebar paham Sunni yang moderat, intelek, mengayomi dan penuh inspirasi. Aamiin. (*)

Pandeglang |  26 desember 2021

Posting Komentar

0 Komentar