Geger Tahun Baru, Perlukah?

Ilustrasi kemeriahan tahun baru
---

Sebentar lagi, tinggal menghitung hari kita akan membuka tahun baru mengakhiri tahun ini. Ada banyak cerita, kenangan, dan hal terjadi. Ini menjadi hal menarik. Tak ayal membuat resolasi ke depan seakan dibutuhkan.

Banyak orang membicarakan. Tak sedikit mengikuti. Meski kita patut mempertanyakan: untuk apa dan tujuannya seperti apa. Sepintas lalu hanya deretan huru-hara yang memekkan budget tak kecil. Bisa jadi karena sudah lama dipersiapkan. Menunggu momen spesial, begitu biasa menyebut.

Kalau boleh nyinyir, apa sih pentingnya perayaan happy new year?

Okelah, mungkin ini penting bagi mereka yang sibuk. Tiap hari bertempur dengan tumpukkan beban kerja yang tak kunjung usai atau dibutuhkan bagi yang siapa yang ingin lari dari belitan problematikan hidup mencekam. 

Kita bisa bertenggang rasa. Lagian ini hak siapa saja. Akan tetapi, kalau sesuatu terus jadi pelarian akan ada pelarian lain setiap ada hal menekuk hari. 

Seperti yang kita tahu itu membutuhkan dana dan sisi emosi yang tidak ringan. Bayangkan, tiap tahun budget dihabiskan demi satu hari spesial kadang menjadi ajang menebar warna kemaksiatan seolah pembenaran dari mencuri momen. Padahal tiap hari bisa istimewa tergantung kita menyikapinya.

Bagimu kamu yang ingin merayakan, coba-coba pikir lagi dengan agenda penuh yang kamu siapakan. Akankah itu memberi value terhadap hidup dan imanmu. Apa hanya jadi rutinitas tahunan tanpa makna. Sekedar iseng. 

Di saat nanti di mahkamah rabbul izzati bisakah kamu mengelak akan pilihan sekedar itu?

Tentu saja saya tidak sedang memaksa kamu untuk lari dari keramaian dan uzlah tanpa bekal cukup. Tulisan ini mengajak siapa saja merenung akan maksud sikap harian kita agar tidak terjebak di labirin semu.

Terlepas dari apa yang kamu pikirkan, perlu kiranya memikirkan masa di mana apa yang kita lakukan akan ditanya dan meminta konsekwensi. Sebelum terlambat, mari menyadari sikap macam mana baiknya kita lakukan. 

Tancapkan di jiwa merayakan tahun baru bukan kewajiban, mau tidak mau meryakan tak masalah. Memilih baik-buruk dikedepankan. Semua pilihan ada di kamu, silakan pertimbangakan. Wallahu a'lam. (*)

Pasar Pandeglang | 28 desember 2021

Posting Komentar

0 Komentar