Kekalahan (Sepak bola) Kita

Kembali kalah. Lagi-lagi kalah. 

Jutaan mata dibuat bermuram durja di lage pertama final Piala AFF tadi malam. Skuaq muda dibuat tak berdaya melawan Thailand. Harus puasa bertekuk lutut dengan skor akhir 4-0. 

Kalah dan kalah rasanya sudah biasa di buku lomba kita. Kekeceawaan kembali ditelan. Tadinya berharap ada formasi cerdas mendobrak pasukan gajah putih itu. Salah satu pasukan terkuat yang sering merepotkan squad garuda di event sepakbola tingakat Asia Tenggara.

Nasi sudah bubar. Bubur sudah matang. Bubar kalau belum matang. Semua sudah terjadi. 

Siap dan harus menerima resiko hukum pertandingan: terima kalah dan menang!
Begitu nilai sportif yang cabor apapun ajarkan.

Bagaimanapun pemain sudah bermain dan berlatih semampunya. Diasuh pelatih dari negeri K-Pop yang baik, tentu tidak murah. Barisan muda dengan talenta unik. Upaya dan usaha maksimal dilakukan, tak ayal menerima kenyataan cara terbaiknya.

Kita ingin menang. Berharap republik jaya. Negara sudah lakukan. Pemain sudah maksimalkan. Suporter terus gemakan. Takdir nyatanya belum izinkan squad kecup duduk di kursi kemenangan.

Mungkin ada yang berceloteh, "kenapa se-emosional itu ke sepakbola. Kayak bakal nambah deviden ke negara aja. Pada bidang lain biasa saja."

Seperti Bung Karo katakan bahwa sepakbola itu penting karena bisa jadi ajang memperkenalkan daya juga kekuatan sebuah bangsa. 

Singkatnya cara mudah mensosialisasikan harkat bangsa melalui ajang olahraga. Harapnya bisa menyuntik devisa negara di tengah persaingan global yang makin sulit.

Karena bisa jadi--sebagian ada berkata-- kalahnya tim sepakbola sebuah bangsa wujud lemahnya magament di dalamnya. Kekalahan bisa saja wujud ketidakmampuan mengelola potensi besar anak bangsa. 

Apalagi kalah terus, kiranya ada udang di bilik tetangga. Apa itu, ini PR besarnya

Padahal dana untuk sepakbola dialokasikan tidak kecil. Belum lagi istilah bonus besar kalau sampai menggondol kemenangan mutlak.

Di lage kedua pasti amat menentukan. Perlu dan terus melatih daya juga skill. Tak lupa mencari titik lemah pasukan gajah putih. Teliti dan penelaahan ekstra.

Kalaupun kalah lagi, ya pecinta sepakbola akan terpuaskan kalau ada perlawanan dan kiriman ancaman intens ke gawang lawan. 

Semoga ancaman itu di menit kesekian bisa meruntuhkan sejarah kelam kekalahan squad garuda di setiap event internasional. Tidak harus muluk minimal tidak terkesan mati kutu aja. 

Terlepas dari fakta yang ada, selaku pecinta para pejuang yang telah berjuang untuk bangsa saya mengapresiasi upaya apa saja yang darah dan tumpah darah negara lakukan.

Semua ada masanya. Masa ada waktunya. Waktu ada pastinya. Pastinya waktu menang akan menang. Pastinya kalah belum menang. 

Terus melaju ke semangat. Bangun asa positif. Esok harapnya mentari sinari hal lapuk yang buat kita meringis menahan kalah. (*)

Pasar Pandeglang |  29 Desember 2021

Posting Komentar

0 Komentar