3 Kritik Sosial-Ekonomi Sok Hok Gie Yang Relevan Dengan Sekarang

Menarik membaca kumpulan tulisan dari sorang  aktivis, Soe Hok Gie. Ada banyak kritik sosial yang dituangkannya dalam tulisan.

Menurut pengamat sendiri, tulisan itu tetap relevan di masa kini. Meski katanya, roda dunia berputar pada dasarnya sikap amoral masih menghantui. Benar-salah bertempur dengan bahasa dan bentuknya.

Kita tidak sedang membahas Soe Hok Gie lebih jauh, pasalnya di tulisan kemarin sudah mempublisnya. Kalau ingin tahu, silakan teman-teman akses.

Fokus kita terkait kemelut ekonomi di masa itu dengan memotret peristiwa perkembangan detik ini. Ada kasus paralel, mungkin bisa kita cari benang merahnya agar tidak berdampak negatif pada ruang sosial juga stabilitas negara.

Apa dan bagaimana sejatinya. Mari kita lihat tiga faktor untuk dikulik, yaitu:

Pertama, banyaknya oknum-oknum di Pos sentral.

Sampai saat ini oknum demikian makin subur saja. Tentu saja dengan latar belakang masalah bermotif uang, kekuasaan atau tajir melintir tetap menjadi harap dituju.

Dengan wajah dan seragam sama cuma beda aktualisasinya. Kalau kita mengurus 'sesuatu' misalnya, betapa susahnya harus ini-harus itu. Lahirah praktek-praktek KKN merajalela.

Persis sama dengan apa yang dialami oleh Sok Hok Gie saat mengurus paspor untuk keberangkatannya ke Amerika. Padahal syarat administrasi sudah dicukupi.

Tapi ya itu, oknum berkeliaran di banyak lini macam hantu yang merongrong kondusifitas bernegara. Demokrasi tercoreng. Musti dibasmi!

Kedua, rakyat terbuai janji politik dan Penguasa mabuk kekuasaan

Dari dahulu kala, kursi kekuasaan selalu menjadi bahan pembicaraan. Isu yang menarik diperbincangkan publik. Segala kelompok masyarakat merasa berkepentingan dan tahu.

Oleh karena itu, wajar sekali banyak yang menyandarkan 'nasib hidup' pada keputusan politik. Mabuk oleh janji. Lupa pada langah pasti pada ikhtiar.

Para pemimpin bangsa yang duduk di kursi jabatan hanya membagi kursi kosong pada 'orang-orangnya' tanpa fokus pada janji besarnya.

Rakyat diberi sisa mentah dari konconya. Pada jadinya, kekuasaan tak terlalu signifikan memperbaiki nasib bangsa karena tersekat kepentingan semu.

Suara perlawanan Hok Gie karena fakta ini dan sekarangpun suara perlawanan tak jauh beda. Penuh resiko. 

Dua faktor yang patut jadi sorotan. Elemen pemimpin harus menyadari tupoksinya menjadi pemimpin, bukan sekedar bagi kursi dan mensejahterakkan konconya belaka.

Terpenting ialah merangkul harapan rakyat dan menentramkan seperti UU amanatkan di pengaturan formil negara.

Tak boleh di sabotase!

Rakyat pun tak boleh antipati dan cukup berbicara/komentar saja. Harus memahami tugasnya untuk melangkah memperbaiki nasib diri dan ikur serta berkontribusi untuk bangsa yag sama kita cintai.

Ketiga, Aktivis Idealis Vs Pragmatis

Seperti arus listrik keduanya seperti dua kutub yang berlawanan. Mengejar dua rel yang mirip tetapi beda tujuan.

Kalau aktivis idealis konsisten dengan apa yng ingin dicapai, tidak dengan seorang aktivis pragmatis. Itu yang buat Sok Hok Gie belingsatan dalam katanya karena banyak dari temannya seperjuangan yang 'tergoda' oleh pamor jabatan hingga lupa pada jaalan juang.

Begitupun sekarang, hal demikian banyak kita temui. Padahal fungsi aktivis itu untuk menjaga keseimbangan pemerintah dengan kritik tajam nan jelas. 

Bagaimana jadinya kalau seorang aktivis takut resiko di penjara, di mana suara kontrol nanti terdengar?

Saat bicara 'untuk kepntingan rakyat' 'demi rakyat' 'berjuang demi rakyat' maka langkah maupun sikap aktivis idealis akan seirama dengan apa yang ia kata. Apa yang ia kata bagian dari dirinya, implementasi tujuannya tak peduli resiko yang akan timbul.

Aktivis Pragmatis ketika bicara 'kami bagian dari rakyat' 'kami berjuang demi rakyat' dalam keseharian ada banyak paradoks terlihat. Hidupnya penuh gelimang harta yang pamerkan tanpa esensi, glamour, dan hura-hara. Katanya tak jarang hanya life service belaka.

***

Saya kira, tiga faktor itu bisa jadi menyulam disharmonisai maupun melemahnya faktor sentral. Tentu saja,  isu yang berkembang bisa diminimisir dengan langkah taktis.

Soe Gie, dalam banyak kritiknya berharap ada perbaikan dan tulisan inipun begitu. Kita berharap, sektor ekonomi yang kabarnya akan kembali tumbuh di kuartal 4, segera terealisasi. Sektor yang tadinya nyaris lumpuh mampu disuntik dengan gerakan taktis lagi terarah. Semoga bermanfaat. []

Pasar Pandeglang | 20/1/22

Posting Komentar

0 Komentar