Proses Menuju Masa Cerah

Ilustrasi: Menatap Masa Depan

Saya tak habis pikir akan langkah yang terseok ini, ingin menyerah kalah dan terdiam terpaku. Berat dan tidak mudah.

Semua langkah terasa sia-sia. Ditambah hilir mudik kata cemooh tak enak dirasa, semua itu seperti batu legam nan panas. Merontokkan rasa.

Di fase ini, saya tidak munafik mengatakan bahwa memilih jalan idealis itu seperti meminum jamu; pahit dan lekat terasa, tetapi hanya di jangka panjang akan terasa manis.

Jangka panjang itu kapan, apa setelah tak ada lagi semangat dan di pucuk keleahan?

Orang akan melihat keberhasilan kita dan tak akan peduli akan rasa kita menuju berhasil itu.

Apa yang disampaikan orang sukses itu sebenarnya curhatan hatinya akan masa lalu yang pahit, mereka tak ingin kita kalah untuk itu terus memompa spirit kita.

Tetap saja kata-kta mereka tak akan jadi apa-apa tanpa kita mau menyikapi penuh optimis. Sejatinya, energi intrnal di dalam diri kita itu penentunya.

Kalau kita hanya mendengar sedang tak mau melangkah, ya sia-sia. Kalau kita tidak mau mendengarkan lebih parah lagi.

Hidup ini memang serbasalah, itulah kenapa hanya yang "punya mental" pemenang saja yang akan menang.  

Ingat ya, saya katakan mental orang bukan fisik maupun inisial orang. Singkatnya, siapapun bisa sukses asal mau benar melangkah  dan siap menrima resiko langkahnya.

Harus sepaket. Tidak boleh setengah-setengah, harus jelas sikapnya. Tentu dong, kata-kata ini cambuk buat saya. Saya yakin, teman-teman dengan sikap juga langkah sudah jelas.

Dalam kesempatan ini saya tengah mengingatkan untuk perlunya menyifati rintangan dengan tidak berlebih. Terlebih membuang energi positif, meluapkan dengan energi negatif.

Yang ada capek. Pasti sia-sia.

Jadi gimana, mau terus kalah1!?

karena ini, malu sendiri dengan keterangan sendiri. Ha ha ha. []

Pandeglang / 23|1|2022  

Posting Komentar

0 Komentar