Ini Gambaran Kalau Kekasihmu Penulis

Ilustrasi kekasih seorang Penulis (Foto: Hipwee.com)


Penulis itu gak akan lepas dari buku. Saking dekatnya, buku telah jadi bagian hidupnya. Ke mana-mana selalu hadir. Menemani aktivitasnya. Sebab itulah sumbu dari lautan ide yang akan dia torehkan.
 
Itu gambaran yang cukup horor. Kadang buat kamu maju-mundur untuk membuka hati. Takut dan cemas sendiri, lalu munculah pertanyaan pamungkas: benarkah sih?

Di sisi lain, karena dekatnya dan padat aktivitasnya penulis--aslinya sok padat waktu hehe-- menjadi label tersendiri untuk kamu yang belum tahu dunianya. Jadinya, kamu menghindari dia demi rasa ragu itu.

Kamu takut tersisih dan tak diperhatikan sebab dia lebih fokus ke sana. Buku telah kekasih kedua, pena menjadi mak comblang, dan kertas telah menjadi tempat nyaman. Betapa galau benar begitu. Heehe

Tapi slow and keep happy, my friends. Sedikit saya beri bocoran. Agar kiranya kamu menyelami dunia para penulis. Jadi gak hanya purbasangka belaka. 

Setidaknya, persfektif global ya. Kan tiap penulis punya karakter dan tabiat beragam. Tentu saja, ini hanya gambaran kecilnya.

Pertama, apa benar aktivitas penulis hanya dengan buku?

Mungkin iya, sebab penulis selalu butuh referensi untuk tulisannya. Menulis itu tidak asal. Harus ada bobot dan data akurat yang digunakan. 

Sekalipun dia menulis novel, yang hanya fiksi. Tetap saja, harus ada pijakan data. Sebab, nanti harus ada dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Ada loh penulis, demi satu karyanya butuh waktu enam tahun meneliti. Lama memang, tapi itulah karya butuh akurasi fakta. Gak asal nulis apalagi comot imajinasi.

Tidak benar juga kalau penulis itu aktivitasnya monoton. Buku hanya teman, tapi teman hidup tetaplah harus manusia.

Kamu jangan takut, dia yang cerdas pasti peka dan tahu kapan bermanja denganmu atau kapan bergelut dengan buku.

Penulis pasti punya titik jenuh. Nah, di sinilah ia butuh momen bersama orang terkasihnya. 

Kedua, punya pacar penulis itu monoton.

Sebagian kita ada yang bilang begitu. Alasannya, harinya berbicara karya dan fokus pada cita-citanya. Ngobrol pun fokus pada hal baku. Tak tersisa canda akan hubunganmu. Garing banget, kan!

Tapi, harus ditelaah dulu, monoton macam apa yang dipertanyakan. Justru ya, dari dia kamu bisa mengarungi dunia yang penuh warna. Nalarnya luas dan obrolan pun beragam. Tak jemu dengan satu topik yang usang. 

Justru, kamu bisa belajar banyak hal dan tahu banyak hal punya kekasih kayak mereka. Kamu hanya perlu mengimbangi, tak harus diam macam patung.

Bukankah kamu tahu, cinta itu butuh pengorbanan; masa iya, hanya dia yang harus berkorban sedang kamu, diam membeku. Hayyo, masih takut juga?

Ketiga, punya pacar penulis itu bokek.

Bisa jadi bagi mereka yang baru pemula dan belum menemukan jalan takdirnya. Tapi kawan, hidup itu butuh proses. Ada tangga yang harus dia lewati. Saatnya tiba, jangankan yang kecil, kamu minta dihalalkan saja mudah sekali baginya lakukan.

Apa sebabnya?

Materi cukup dan bekal ilmu sudah mapan. Kamu harus sabar dan bisa terus memompa semangatnya. Cintakan perlu sinergi, perlu dong saling mendorong untuk cita-cita ke depan. 

Lagian, soal bokek. Menjalin hubungan tak selalu soal materi. Bisa jadi, dari hal yang bokek serta kantong tipis terlahir momen romantis. Bukan dibuat-buat. Murni lahir karena kebersamaan.

Saat itu juga, latihan agar hubunganmu survive di segala keadaan. Apalagi kini, kita dimanjakan oleh kemajuan teknologi. 

Sudah bermunculan banyak situs dan aplikasi yang bisa menampung tulisan-tulisan. Kalau lolos langsung diberi honor yang lumayan bisa untuk kencan di malam mingguan. 

Bahkan nih, bisa untuk nabung agar nanti di masa depan sejahtera. Keren dan futuristik banget, kan?!

Kalau kamu masih ragu juga, baca dan telaah gih perjalanan cinta para penulis. Terserah, baik penulis dunia atau lokal. Serius, asyik dan menentramkan. 

Semisal keluarga Bunda Asma Nadia dan Pak Isya. Bagi saya, ini contoh pasangan yang cukup ideal. Keduanya aktif menulis. Melahirkan banyak talenta muda di bidangnya. Anaknya pun, aktif menulis juga.

Soal romantis dan harmonis, sering keduanya bagikan di akun medsos-nya. Bikin cemburu dan klepek-klepek pokoknya.

Meskipun sudah menginjak kebersamaan lama, tergambar macam baru kemarin sore menikah. 

Bagamana, asyik dan seru, kan? So, semua terserah kamu. Intinya, jangan lupa bahagia. []

Pandeglang, 9/1/21

MahyuAn-Nafi

Bio: Penulis yang tengah merindu dan terus meramu kata. Bukan siapa-siapa. Tengah berjuang menata masa depan.

NB: Tulisan yang gagal dipublis di Volxop.com

Posting Komentar

0 Komentar