Review Buku Freud : The Interpretation Of Dreams atau Tafsir Mimpi



Nama Sigmund Freud rasanya tak aneh. Tokoh kelahiran 6 Mei 1856 memulai debutnya Swiss melalui klinik yang dibukanya. Di belantika perbukuan dan pemikiran, nama ini sudah masyhur.

Tercatat, ada lebih 300 karya telah ditelurkannya. Dengan jenis bidang, baik politik, psikologi, dll.

Pun begitu, dia lebih dikenal sebagai ahli psikolog analisis. sebuah bidang yang lumayan alot untuk direnungkan dan didalami.

Di bukunya ini, Freud menekankan sebuah mimpi itu bukan sekedar "bunga tidur". Di bawah mimpi itu tersimpan makna atau harapan, bisa jadi mimpi itu memang akumulasi apa yang diharapkan.

Sampai Freud ceritakan mimpinya dan dia jabarkan menurut versinya, apa dan makna di baliknya. Meskipun ini, bagi saya terkesan dipaksakan.

Kita sendiri sebagai orang Muslim rasanya tidak aneh dengan mimpi, atau mungkin ini telah jadi ciri ya.

Tentang mimpi nabi Yusuf misalnya, yang diterangkannya dalam surat Yusuf, sudah jelas bagimana "cara menafsirkan" lebih jelas dan terkesan tidak buat-buat, apalagi ditarik-tarik pada hal yang "rancu".

Memang di sana sempat menyinggung nabi Yusuf itu, tetapi amat singkat. Kita pun bisa lebih tertarik pada ulama ahli tafsir kenamaan. Itulah Imam Ibnu Sirrin. Lebih pas dan membumi.

Atau kita bagi orang nusantara amat akrab dengan buku primbon, di mana isinya banyak menyinggung terkait mimpi dan ritual kehidupan. Selain sederhana juga ringkas.

Bukan untuk merendahkan Freud, tidak pada tempatnya pasti. Saya bukan apa-apa dibanding dengannya, hanya saja seperti yang saya sampaikan pemaparan Freud itu kurang sreg di hati. Terkesan dibuat-buat. Tidak alamiah. 

 Kesimpulan 

Terlepas dari itu, buku ini bagus untuk menambah wawasan kita tentang dunia mimpi. Secara tersirat membenarkan bahwa usaha yang di lakukan para pendahulu kita tidaklah salah.

Buku Freu ini bisa juga membenarkan teori bahwa Barat tengah beralih dari masa realis atau logis pada masa mistis yang dulu dibencinya.

Tentu ini bukan sebuah kemutlakan, mana mungkin karya itu ditulis tanpa tahapan ilmiah? Setidaknya, nama Freud menjadi taruhan atas itu. So, semua kembali pada pembaca, silakan baca sendiri. (*)

Posting Komentar

0 Komentar