Dari Cak Nun, UAS, Gus Baha, UAH, Ustad Basalamah, Ustad Hanan, Habib Jafar dan Lainnya


Belantika dakwah bumi pertiwi terus dikejutkan dengan warna-warna tokoh dai muda yang cerdas, berani, dan menginsipirasi. Menambah keseruan dunia yang kadang kala "dicurigai" sebagai dalang kerusakan peradaban.

Menyakitkan sekali tuduhan itu. Hal itu lahir karena maraknya pemikiran keras di tubuh Islam karena kurang tuntas wawasan keislamannya dari segala aspek keilmuan Islam berefek pada kualitas imannya.

Tentu saja ini tantangan sekaligus kritik keras bagi muslim di mana saja dan apa saja jenis bangsanya. Terkhusus di Indonesia, bersyukur kepada Allah lahirlah ke permukaan kader muda dakwah yang militan sekaligus menakjubkan. Jawaban atas segala kekisruhan buah oknum-oknum di tubuh ummat. Memjembantani kesalahan atas citra Islam yang dianggap negatif.

Setidaknya kita mengenal nama-nama besar yang kini tengah menyelimuti dan menyirami jiwa gersang bumi pertiwi dengan pepatah juga petitih menyejukkan jiwa.

Dari Cak Nun kita digembleng tentang humanisme keislaman itu seperti apa. Bagaimana kita menyerap nada-nada dalam setiap alunan esensi Islam; dari Gus Baha kita pun diajak memahami ajaran Islam dengan penuh keceriaan.

Kita akrabi dengan kaidah fiqih dan qoul ulama yang menjadi santapan kalangan santri. Siapa nyana, hari ini sedikit kita bercita-cita ingin menjadi Wali. Sang Pembawa obor ajaran juga risalah yang dibawanya. Ini yang terus digemakanya, betapa taat itu ternyata amat membahagiakan.

Hal ini ditampilkan pula dari sosok humoris UAS yang membuat kita tertawa sekaligus berpikir. Betapa luas teritorial pemikiran Islam dan ajaran itu menyerap dan diserapkan oleh pendahulu kita agar generasi selanjutnya tahu terkait tumbuh kembangnya Islam.

UAH dengan corak esensi Islam dan wajah muslim yang muda tetapi cerdas. Moderat adalah citra Islam dengan mengambil peradaban emas untuk menunjang peradaban dewasa ini. Kita tidaklah kehilangan peradaban maka muslim yang baik adalah menggunakan akalnya untuk kejayaan Islamnya.

Ustaz Khalid selalu mengajak kita agar sederhana saja memahami ajaran Islam. Apa yang al-Qur'an hadits katakan kita harus sami'na wa 'ato'na. kita ikuti pahami, cintai, dan laksanakan. Tidak harus dipersulit apalagi dibumbui oleh tafsiran lain yang kadang mengeruhkan esensi Islam itu sendiri.

Untuk itu, maka adalah Ustaz Hanan yang membaur pada kawula muda dan mereka yang gaul untuk tahu Islam ternyata fleksibel juga memberi pemuda untuk terjaga di dalam naungan-Nya. Taat itu keren. Al-Qur'an harus dibawa semangatnya dalam bertingkah sehari-hari. Kita akrabi lafadznya dan isinya lantas kita renungkan dengan sempurna.

Setelah itu, lahirlah Habib Jafar yang  merangkul pemuda tersesat oh pemuda tersesat yang ingin kenal dan tahu agamanya. Bagaimama istimewanya dan seperti apa sejatinya Islam. Tuduhan negatif terhadap Islam dijawab dengan bahasa gaul, dekat dengan orang-orang yang kadang offside pola pikirnya pun diiingatkan. 

Ya, bumi pertiwi kaya dengan khazanah hidup dan terlihat. Untuk itu, saya tidak selalu setuju ketika ada orang-orang mengkotakan ummat besar ini.

Nama-nama di atas mungkin beda corak dalam langkah, tetapi dalam tujuan kita pastikan sama. Untuk apa kita perbesar jurang perbedaan, kalau rukun imannya sama dan rukun Islamnya sama pula. Demi Allah dan demi ridha Allah jua. Surga cita-citanya. Tidak kurang rasa cintanya pada nabi-Nya. Sunah-sunah diaplikasikan dan Ulama demikian warisan rasul nan abadi. 

Oleh karena itu, dengan fakta juga kenyataan ini tidakkah selayaknya kita rekatkan tali mahabbah dengan tidak terus tebar stigma negatif pada sesama saudara seiman?

Kalaulah ini kita gelorakan, maka selamat datang kita sambut peradaban islam nantinya. Kita punya bonus demografi yang besar sekaligus kabar gembira lainnya, tidak mustahil Ulama dunia pernah mengatakan,

"Saya mencium peradaban Islam itu bangkit di timur. Timur itu negeri kalian, Indonesia."

Sepenggal kalimat itu serasa oase nikmat di tengah problema bangsa dan agama di dunia. Mari kita gali dan terus gaungkan kepercayaan diri sebagai singa peradaban yang tidak takut dicaci, tidak gentar dihina, dan tidak menyerah mencintai risalah yang di bawa baginda nabi Muhammad saw. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang, 22 November 2022

Posting Komentar

0 Komentar