Perginya Kang Rasyid di Alam Raya menuju Keabadian


 

 Dunia dakwah negeri kembali berduka akan perginya Kang Rasyid--begitu jamaah menyebutnya. Kemarin, beliau wafat setelah berjuang menghadapi penyakit di tubuhnya. Takdir Allah telah tercatat, ajal sudah pasti maka beliau menghembuskan nafas di tengah orang yang mencintainya.

Kabar ini, menjadi perhatian juga kesedihan mendalam terutama keluarga dan siapa yang pernah mengecup lautan nasihatnya. Tercatat, beliau acap kali mengisi kajian di Damai Indonesiaku TV One, acara tahfidz di RCTI, dan lainnya.

Saya pribadi orang yang justeru tahu beliau baru ini, namun saya ikut merasakan kehilangan. Bagaimana pun almarhun selama ini telah berjuang dan menyampaikan kalam Ilahi dengan bahasa renyah, lembut dan amat menyentuh. Semoga Allah balas dengan karunia juga rahmat-Nya.

Kata nabi, mautnya alim tanda matinya alam. Hadits ini banyak dijelaskan para ustadz sebagai isyarat makin dekatnya alam menuju akhir dari segalanya. Itulah kiamat. Dai adalah penyuluh dan pembawa peradaban Islam. Saat penerus estafet ini pergi atau berkurang, siapa yang mau berjuang lagi murni memperjuangkan ayat-ayat Ilahi bergema di bumi ini?

Maha suci Allah yang terus menumbuhkan bibit peradaban dunia dengan pemuda-pemuda yang hanif dan lagi lurus di segala pelosok negeri. Mereka cinta pada pencipta-Nya, rindu pada nabi-Nya dan kuat keyakinannya pada agamanya. Kasihnya besar pada sesama dan meluas pada seluruh penghuni jagat raya.

Kang Rasyid telah dipanggil maka usailah masa bhakti itu, maka sekarang kita disadarkan betapa kenyataan sekarang begitu beragam. Semakin kita taat seringkali mendapat stigma yang aneh, tidak menunjukkan taat sama saja mengelupasi iman yang kokoh di dada. Ini dilematis, tetapi kita dituntut untuk terjaga. Kita harus terus bermimpi, melakukkan, menyelami, merangkul dan setulus hati mengamalkan pesan-pesan Ilahi baik yang tersurat dan tersirat di alam jaga.

Kematian adalah kepastian. Al-Qur'an mengatakan bahwa hadirnya tidak bisa ditunda dan dipercepat, dan itu nasihat diam yang nabi kabarkan. Bahkan kata Abu Darda radhiyalahu'anhu, aku heran pada mereka yang begitu bahagia tertawa di dunia sedangkan kematian tiap saat mengintainya.

Sudah sepatutnya kematian menyadarkan kita, melembutkan hati keras kita, dan membuka pikiran kita bahwa segala sesuatu ada batas, dan batas itu yang pada akhirnya akan mengantarkan kita pada sa'adah atau sayyiat. Semua tergantung ridha-Nya dan ketaatan kita sebaik apanya. Renungkanlah syair berikut ini gubahan penulis hina ini:

Aduhai kematian di depan mata

kita tetap saja belum terjaga

masih pintar memutar kata agar terhindar

jauh menuju mati

tetap saja semua pasti.

kabar gembira untuk yang memahaminya

kabar duka dan sedih tiada tara

untuk mereka yang terlena dunia

lupa setiap perjalanan ada akhirnya

***

Selama jalan Kang Rasyid, semoga Allah menempatkan engkau di nuangan cinta-Nya dan bisa mengecup lautan rahmat-Nya. Allahummagfirlahu warhamhu, lahu al-fatihah! (***)

Pandeglang, 4 Desember 2022   11.38

Posting Komentar

0 Komentar