Benarkah Kita Mengharapkan Syafaat Al-Qur'an? Coba Kita Teliti!

Sudahkah kita menjadikan al-Qur'an benar-benar sahabat? 

Malam makin pekat mata belum juga mau terpejam. Aku ingin menulis sebuah renungan untuk diriku dan siapa yang berkenan membacanya. Dengarkanlah dan renungkanlah jiwa yang lembut. Semoga Allah beri kemuliaan dan kecintaan tulus karena-Nya.

Kita ingin masuk ke surga dan menjadikan al-Qur'an sebagai imam kita. Itu sudah masyhur diketahui. Tetapi masalahnya, sudahkah al-Qur'an yang amat kita harapkan itu menjadi sahabat harian kita? 

Tiap saat kita baca, renungkan isinya, dan mulai dipraktikan kandungan di dalamnya?

Atau sebaliknya, kita hanya mampu bicara dan berharap tetapi dalam kenyataan al-Qur'an tak ubahnya seonggok buku yang dibuka saat dibutuhkan dan diabaikan kalau tak kita butuhkan? 

Hari-hari kamuflase belaka. Ajaran al-Qur'an kita ambil yang menyenangkan hati kita dan kita tinggalkan mana yang merugikan kita. Tak peduli sejatinya itu mencoreng kesucian kalam Allah itu?

Kita pun lebih senang mendengarkan bait-bait lagu disenandungkan dengan nada-nada mengocok rasa dibandingkan dengan merenungkan kalam Ilahi, syukur-syukur sampai membuat mata kita menangis pun jiwa kita bergetar.

Mungkin bisa saja selama ini mata kita ini belum pernah merasakah getaran indah kalam Ilahi? Betapa ruginya kita. 

Telinga kita lebih nyaman mendengar lagu-lagu duniawi, bahkan sampai membuat jiwa tersentuh dan mata menangis! Aduhai, apa artinya kamu harapkan al-Qur'an sebagai syafaat kalau toh lisanmu sepi menggumamkannya dalam keseharian?

Di akhirat kamu harapkan naungan al-Qur'an sedangkan di dunia kamu tunggangi dengan nada mencela lagi tak merasa bersalah?

Tidakkah kamu rindu seperti mereka yang tatkala mendengar kalam Allah maka bergetar jiwanya, bahkan kata Allah sampai bertambah imannya?

Nah kita, mau seperti apa? Bencana datang silih berganti, terbaru kondisi anak Krakatau mulai aktif.  Belum lagi gempa bumi, ancaman tsunami, dan pandemi yang makin ke sini meneror kita; hilang satu datang yang lain... kapan kita merenung?

Kapan kita terjaga, bahwa semua ini adalah pesan Ilahi untuk kita kembali. Kembali untuk berserah diri dan memantapkan diri untuk memilih ketaatan di atas pilihan lain yang menyesatkan. Semakin maju dunia sejatinya semakin dekat janji-Nya. 

 Janji untuk meminta pertanggungjawaban pada langit dan bumi, sudahkah penghuninya merenungkan segala rahasia tersimpat di balik penciptaan Mahluk-Nya?

Duhai jiwa yang sombong! 

Mari menyadari, kesombongan itu kelak akan jadi benalu. Saat tubuh berbalut daging itu beserta keindahannya hanya akan rebutan hewan melata, saat itu terkunci lisan fasih kita. Mulut terkunci. Tangan, kaki, mata, telinga dan lainnya akan bersaksi dengan persakian yang jujur di kemanakan anugerah yang Allah berikan itu?

Apakah makin mendekatkan diri padaNya atau sebaliknya? Sebelum itu terjadi  menyesal, mari kembali dan menyadari. Semoga Allah membuka jiwa kita agar lembut dan ridha terhadap aturan-Nya. 

Pandai membaca al-Qur'an, asyik mendengarkannya, hanyut dalam merenungkannya dan berusaha keras melaksanakan apa yang kita tahu tentang ajarannya. Amien ya Allah ya mujiba sailiin. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang |  24 Januari 2023     00.45

Posting Komentar

0 Komentar