Antara Geli dan Imut


Antara Gemas dan Imut
___
Di siang yang agak mendung itu ada titisan melati yang begitu saja hadir dan menyapa. Tanpa aku pahami dan sadari.

"Aku ini guru," katamu.

"Oh, bu guru toh," kataku menyahut.

"Janganlah panggil bu guru, panggil saja dede," jawabmu.

Sebenarnya aku ingin tertawa. Ya, tertawa untuk suatu yang terasa gemas lagi lucu. Tentu saja kamu lucu sekaligus menggemaskan. Bagaimana tidak,  dengan paras seperti itu, dengan aktivitas seperti itu ingin dipanggil dede!

Tapi aku senang, ya tidak sedikitpun merasa terbebani. Hadirmu seperti rembulan di malam yang gelap, seperti ruang sunyi lantas begitu saja cahaya menerobos.

"Kamu lucu," kataku.

"Untuk?"

"Semua tentangmu."

Kamu pun tersenyum dengan kegelian, antara lucu dan keimutan. Entahlah, apa aku salah dengan denyar nada yang hanya dewasa paham.

"Kak,
aku ingin seperti mereka yang terhormat
memiliki cita lagi mimpi
menembus mayapada
tentang tulus
bermunajat pada-Nya."

"Dek,
aku ingin seperti sampan
meski kecil mampu mengarungi samudra
dengan yakin
berani
dengan percaya
tanpa takut."

Kedua insan itupun pulang dengan mimpi. (**)

Pandeglang,  13/3/23

Posting Komentar

0 Komentar