Kelas Menulis ke-6 Tepat di 4 Ramadhan


Tidak ringan mengadakan perjalanan di bulan puasa, saat langit membakar bumi, saat perut keroncongan minta makan, saat berasyik ria membaca buku untuk sesekali membercandai dia nun jauh di sana. Ya dia, puisi hidup yang acapkali menggetarkan jiwa.

Malam teman-teman semua. Besok kelas menulis tetap masuk ya, pematerinya ada Kang Tohir. Kita mulai jam 14.30 WIB. Di tunggu semuanya, tetap semangat!

Begitu isi chat dini hari yang dikirim Kang Naufal. Tidak bisa menawar lagi, saya persiapkan apa yang sudah direncanakan. Teringat saya perjuangan Fahri di novel ayat-ayat cinta, demi belajar Qiroat sab'ah kepada Syaikh Utsman melawan jilatan mentari yang membakar bumi kinanah.  Semua dilakukan demi kecintaan pada ilmu. Pada anugerah yang Allah berikan padanya.

Dan saya pun berharap begitu. Selama saya bisa, selama saya mampu langit dijunjung lautan diseberangi begitu kata pepatah. Berangkatlah saya membonceng si Merah sekitar pukul 13.30 lebih ke Hegar Alam menjemput takdir. Entahlah, apa kemudian menjadi bantu loncatan seperti yang saya harapkan atau tidak, saya khusnudzon pada-Nya.

"Kak, nanti pagi apa ke Serang ya? Kelas nulis," dia mengingatkan. Lagi dia, saya hanya tersenyum.

Perjalanan minggu ini terasa dilematis. Begitu banyak terget menulis dan membaca yang melesat. Saya sungguh kecewa. Terus apa urusannya sama kelas menulis sekarang?  Gak ada sih. Ha-ha.

Kelas tadi disampaikan Kang Tohir. Angkatan menulis rumah dunia ke 4. Adapun tema tentang Feature. Tidak banyak poin yang saya catat. Bukan tidak tertarik tapi bingung mana yang hendak ditulis.

Singkatnya, feature itu penulisan berita dengan bahasa sastrawi yang mengedepankan sisi emosional. Semua data riil terjadi. Artinya data diambil langsung dari lapangan. Bukan asal comot belaka. Data harus bisa dipertanggungjawabkan. Ada ciri dan syarat sebuah tulisan disebut feature.

Setiap pertemuan ada sisi di mana kami tertawa, merenung, tersenyum atau malahan menguap. Keseruan kelas agak sedikit ramai dengan hilir-mudik teman-teman komunitas mendongeng di depan kami. Sekumpulan gadis-gadis modis dan islami dengan sedikit laki-laki. Selebihnya tak masalah, karena memang punya agenda masing-masing.

Sepulang dari sana, saya harus ekstra hati-hati. Sekitaran Serang dikepung macet. Warga berburu takjil dan makanan ringan. Terutama di dekat klinik Ar-Rohman Baros, wew, ramai pisan. Ramai ini mungkin karena warga parkir sembarangan dan penjual menjajakan di lapak yang strategis. 

Kita yang gak beli apa-apa hanya melongo, kapan jalan lancar? 

Entah ini kebetulan atau apa, saat Kang Fajri mengajak shalat jamaah di mushola mungil di  lingkungan Rumah Dunia, ada buku Balada Si Roy yang begitu saja tergeletak. Buku yang sudah saya incar tapi tak jua ketemu. Apalagi ini buku, kumpulan dari 10 bukunya. Masya Allah, saya ambil dan lantas minta izin pada Kang Agung kalau ada yang menanyakan ke mana raibnya buku Balada Si Roy, saya yang ambil! 

Terus setelah ini apalagi?

Saya ingin memuisikan kalian di catatan harianku
saya sungguh terpesona oleh kecantikan, keramahan
lekuk manis dengan senyuman anggun
seolah Cleopatra mewujud pada kalian

saya seperti Jaka Tarub yang diam-diam mengintip sekian bidadari
memandikan tubuhnya agar lekas bersinar
mata tak mampu mengedip
antara dosa lagi kesempatan
tak datang dua kali

setitik embun jatuh di hape saya,
"ingat aku di sini," suara yang dua bulan ini menghantui saya.
tergagap saya.
Maafkan aku dinda, mereka terlalu indah
keindahan itu membuatku bersyukur

Hati di sini
Di sana ada hati
Hati siapa ini
Ini hati kita
ada setia
jaga mata!

Sepanjang perjalanan, saya hanya merenungkan tentang apa yang terjadi. Apakah semua memiliki arti? Wallahu alam. Salam dari temanmu, Mahyu An-Nafi. (**)  

Pandeglang, 26 Maret 2023   22.35

Posting Komentar

0 Komentar