Pelatihan Ke 4 di Rumah Dunia, Memacu Ide dan Mimpi


Perjalanan Ke 4 Ke Rumah Dunia
_____
Mentari amat panas mengintip bumi, di sela-sela siang. Pagi adalah mimpi. siang adalah pengharapan. Sore nanti itu penghasilan. Entah untuk hari ini, apa yang dapat kamu simpulkan?

Melangkah saja. 

Si merah tetap setia menemani. Kaca mata hitam terjaga dengan helm hitam. Sarung tangan lusuh ingin pula berkolaborasi. Ya sudah, tuju apa yang akan kamu harap. Berharap sering memuat imajinasi. Dari imajinasi itu kita terjaga.

Dari Pandeglang, sekitar pukul 10.15 berangkatlah saya. Seperti biasa dengan kecepatan 30/km. Apalagi jalan dekat pasar baros, depan stadion baru, dan beberapa meter dari lampu merah palima. Ekstra hati-hati. Jalannya itu seumpama ombak, bergoyang-mendayu syahdu.
 
Pas datang ke Rumah Dunia, saya dibuat sedikit risi dengan kalangan remaja yang tengah menghadiri acara Zetizen di gedung Surosowan Rumah Dunia. Risi dengan gaya, bahasa obrolan, dan sikap-sikap yang "alay". Mungkin saya aja yang gak biasa. 


Cukup lama saya menunggu di cafe Rendez-Vous atau mungkin terlalu pagi saya datang ya, jadi mulai kesal sendiri. Dibilang kesal juga tidak, sebab meniatkan setiap perjalanan harus punya arti.

Dan, hanya sedikit teman-teman yang hadir plus pemateri pada gagal hadir. Relawan dalam hal ini cepat bergerak. Kalaulah tidak ada pemantik, toh kita bisa diskusi. Ditentukanlah aturan, satu orang harus membaca 4 paragraf dari karya feature keluarga besar Rumah Dunia. 


Tidak terlalu seru sih, kebanyakan dari kami masih malu-malu mengutaran ide dan olah pikir. Beberapa jam seperti tengah belajar membaca dan bicara. Kalau di ingat, lucu juga. Saat adzan asar berkumandang selesailah pertemuan ini.

Paling seru sharing pas diskusi usai. Ngalor ngidul gitu. Kita bicara arus pergerakan dunia kepenulisan dan saya sempat mengusulkan agar Rumah Dunia mengaktifkan lagi blog. Blog-nya boleh yang gratis. Tujuannya untuk melihat perkembangan kawan-kawan KMRD 38, sudah sejauh mana kemampuan olah katanya.

"Dulu memang kami punya blog terus kena banned. Tapi, kalau memang teman-teman mau, bisa kok kirim tulisan ke situs Golagongkreatif.com atau kurungbuka.com. Sebenarnya itu media Rumah Dunia. Cuma namanya lain," kata Kang Naufal yang diaminkan kang Miftah dan lainnya.

Sepanjang perjalanan pulang dada saya bergemuruh. Bukan karena nahan rindu loh, tapi pokoknya gimana caranya nanti malam bisa mengirim ke sana. 

Dan, setelah isya ada undangan riuangan rewahan sampai jam 21. Jadi tulisan sesuai magrib menggantung. Baru bisa diteruskan jam 21.30. Oya, tadi malam saya nulis Esai "Anak Kucing, Jalan Berlubang, dan Kesadaran Kita", tulisan itu berangkat dari keresahan saya melihat ruang sosial yang belum ideal.

Saat mencari bahan tulisan di Google, eh ternyata jalan berlubang di Pandeglang itu jadi sorotan warganya yang aktif di Mojok. Saya harus rela berkelahi dengan nyamuk di luar menulis sampai jam 11-an bahkan lebih. Perjuangan gak boleh surut.

Alhamdulillah rampung juga dan langsung saya kirim ke situs Kurung Buka. Hanya saja sampai sekarang belum ada kabarnya. Wahai tulisan, sudahkah kau sampai ke sana? Plesae, jangan di-read doang. Balas ya! Ha-ha-ha.

Kang Naufal memberi tahu RD minggu depan akan mengadakan tour gitu terus di sana camp. Belajar nulis catatan perjalanan juga. Saya belum mengiyakan, selain soal waktu juga kayanya perlu alokasi anggaran ya. Ehm, pokoknya.

Sekalipun begitu kalau ada pikiran lain, ya lihat sikon aja. Kemarin saya pinjam 3 buku; Dunia Sofie (belum kelar dibaca), kumpulan cerpen Mas Gong dkk dan tulisan Cak Nur.

So, semangat berlatih dan berkarya. Mari menulis agar dunia tahu, siapa kamu dan seperti apa pemikiranmu. Wallahu alam. (***)

Pandeglang,  13/3/23   15.03

Mahyu An-Nafi/ Anggota KMRD 38

Posting Komentar

0 Komentar