Seusai Taraweh Malam Ketiga



Di malam ketiga taraweh ini saya menemukan tiga hal yang saya ingat.

Pertama, masamnya wajah aparatur pemerintah. Wajah yang familiar yang orang sekitar, tapi sebagai manusia baper kadang nyeri sendiri di perlakukan begitu. Saya ingin dimuliakan adanya.

Lucunya sih, siapa saya ingin dihargai? Saya pun berpikir, bukankah dengan muka masam begitu saya tersadar dan memahami bahwa itulah kejujuran. Banyak kita ingin kejujuran anehnya sering kali gusar melihat wajah masam yang jujur? 

Ke-dua, ajal menjemput kapan saja. Pernah kamu membayangkan izrail datang di depan rumahmu?  Dia menatapmu dengan sinis. Dia melihatmu dengan tatapan tajam.  Tidak menyiskan kamu jeda bersikap. Siapkah kamu menghadapinya?

Saya membayangkan itu. Di sisi lain saya takut sendiri. Kalau dibandingkan amal baik dan buruk saya, rasanya jelas keburukan meng-handle kebaikan. Di titik ini ada sesuatu menyeruak di jiwa: siapkah ajal menyambangimu wahai saudaraku?

Ke-tiga, bayang-bayang masa depan. Apa  yang aku lakukan sekarang adalah tonggak untuk melihat masa depan. Masa di mana masih abu-abu. Buram. Serba tidak jelas. Seringkali membuat cemas. Konyolnya, itu sebuah realitas nyata.

Untuk masa depan ini, apa yang harus dilakukan kawan? Ini catatan malamku. Selamat ketemu di tulisan selanjutnya. Wallahu'alam.  (**)

Pandeglang,  24/3/23   22.24

Posting Komentar

0 Komentar