Puasa Kedua

 
___
Dua hari ini badanku tidak baik-baik saja. Bagaimana tidak baik, terasa nyeri dan lesu. Lesu membuat tidak semangat beraktivitas. Padahal ada banyak buku yang harus dibaca, ada banyak ide yang harus ditulisakan dan ada banyak hal perlu dilakukan.

Di hari kedua ini, akupun merenung tentang hadirnya dia... gadis manis lagi imut. Gadis yang begitu polos menyapa. Tidak menawarkan apa-apa. Tidak menawarkan apa-apa. Dia hanya menyapa dengan menganggap ku tak ubahnya seorang kakak.

Terdengar lucu memang, tapi itu kenyataanya. Usiaku tidak lama lagi menginjak kepala tiga. Ada yang harus aku pikirkan-- dapatkan. Aku tidak paham, apa ini sinyal atau justeru teguran keras padaku.

Kondisi ini membuatku bertanya-tanya. Tujuanku hidup apa dan akan ke mana. Akankah difokuskan pada satu jalan? Lantas sudah sejauh mana kesukseasan yang kuraih. Misalnya diminat aku menuliskan kata-kata, sudahkah melahirkan banyak raupan mimpi?

Hal ini yang harus terus aku pikirkan. Lagi-lagi harus dimatangkan. Hidup bukan soal memutuskan, hidup juga soal kita mempertanggungjawabkan keputusan kita. Saat kita berani memutuskan maka sudah berani mengambil resiko dari keputusan itu.

Menurutmu aku harus seperti apa?

Ya sudah, toh dua-duanya belum jelas. Jelas seterang mentari pagi. Lebih memikirkan apa yang harus dipikirkan. Menjalani apa yang harus dijalani. Daripada dibebani oleh mimpi-mimpi. Apa klise, apa mungkin buram.

Selamat datang di puasa selanjutnya. Semoga amal puasa kita diterima di sisi-Nya. (***)

Pandeglang, 23/3/23   19.15

Posting Komentar

0 Komentar