Puasa ke-27: Lelah, Hujan Pun Dingin



__
Hujan mengguyur Pandeglang. Lumayan deras. Menjelang magrib hujan bertambah deras. Saat deras itu, aku dan Emak di kendaraan menuju pulang. Hujan terus menyirami kami. Ya, kami melawan hujan.

Dingin. Ditambah dengan hempasan angin menampar wajah. Lalu-lalang kendaraan sepi. Gelap memayungi jalanan. Banyak pengendara memarkir untuk berteduh. Aku tidak berteduh terus memacu kendaraan beroda dua itu, tidak lambat juga kencang. 

Setelah sampai rumah basah kuyup. Dingin. Ya dingin. Kepala serasa apa ya, badan sudah tidak enak. Taraweh pun tidak enak. Makan pun kurang nafsu. Tertidur selepas Taraweh. Padahal sudah makan Antangin komplit. Padahal  sudah tidur.

Duh, hujan, kok kamu tega. Katanya kamu kenangan. Kenangan apa yang kamu ingin? Katanya kamu harapan, harapan apa lagi yang kamu tawarkan? Hujan, aku dingin. Kamu dingin. Apa karena kamu air jadi dingin. Air mungkin biasanya dingin. Tapi, ada mereka manusia yang berwajah dingin. Lebih dingin daripada tetesan hujan tadi sore.

Begitulah kira-kira, kenapa tadi aku terkapar oleh rasa lelah yang aku bingung, lelah kenapa. Tadi malam meramaikan tadarus di Masjid sampai jam 02.00. Tidur sebentar di Masjid. Dibangunkan jam 03.30. Setelah itu pulanh, sahur. Terus terjaga sampai subuh. Sampai duha cuma nonton Log In Habib Jafar dan Onad. Baru tidur sekitar jam 10.30. Lelap sekali.

Entahlah, soalnya apa karena hujan apa soal lelah. Intinya keduanya memberi inspirasi untuk menulis. Atau barangkali karena mimpi itu. Bertemu guruku yang menasehati untuk tetap menulis. Menulis saja. Jangan lelah. Tidak soal punya atau tidak, terpenting usahanya.

 Sebentar lagi lebaran tiba aku tengah memikirkan, bagaimana dengan kabar ada tiga hari raya katanya. Ada yang Jum'at, Sabtu, dan Minggu. Dicarilah siapa yang benar. Soalnya, semua punya dalil. Dalil pun jadi soal. Ah lebaran, apa hanya di kita yang kerapkali berbeda? 

Terus, kalau berbeda kenapa? Bukankah pelangi indah karena berbeda warna? Terus, apa beda lebaran ini simbol kita sudah dewasa? Sudah tahap saling menghargai. Atau sebaliknya, saling berbesar kepala? Hujan, lelah, dan sekarang lebaran pun jadi ajang dingin. (**)

Pandeglang, 18 April 2023    22.32

Posting Komentar

0 Komentar