Puasa ke-28: Emang Ada Loh Orang Yang Tak Mau Terusik


__
Pernah ketemu gak orangnya asyik dan menyenangkan, eh, giliran di dekati sibuk dengan dirinya. Mungkin itu kamu. Bisa aku atau siapa saja. Tiap orang punya pendapat berbeda. Tidak usah kita persoalkan. Mungkin dia nyaman begitu. Tidak harus dicaci maki.

Ada baiknya kita berpikir, "Dia kenapa dan kok bisa begitu. Apa mumgkin karena aku saja yang baperan?"

Mungkin saja. Tiap orang dibentuk dengan latar belakang budaya dan pendidikan berbeda. Misalnya, alumni pondok modern dan salafi seringkali berbeda. Penerimaan masyarakat pun berbeda. Apa itu masalah? Tergantung kamu melihatnya dari sudut mana. Sayangnya, sekarang kita bukan ingin memperdebatkan itu. 

Seperti orang yang mana kaya dan pura-pura kaya, kita tahu. Mana orang senang dan mana orang menderita, kita tahu. Tepatnya merasa tahu. Padahal bisa saja itu hanya asumsi belaka. Apa yang kita lihat sesuai anggapan kita bukan sejatinya kenyataan yang kita tahu.

Untuk itu, para Ulama dulu sudah menjadi budaya kalau ditanya orang pasti menjawab, "Laa adri (aku tidak tahu)". Bahkan itu bagian daripada ilmu selain juga adab. Seperti yang dibahas oleh Imam Ghazali di kitab Ihya 'Ulumuddin bab Ilmu. 

Imam Maliki ditanya lebih 40-an pertanyaan tetapi hanya tiga yang dijawab. Sisanya beliau menjawab "Laa adri'. Tentu saja itu teladan untuk kita generasi kini. Tahu tidak harus membuat kita merasa paling tahu. Justeru dari "mengaku tidak tahu" itu membuat kita lebih jujur kepada diri kita dan  orang memandang kita.

Kesimpualnya adalah, kalau orang tidak mau terusik ya sudah biarkan. Tidak harus kita bebankan dengan ikut mengomentarinya. Kalau itu maunya, ya sudah. Tinggal kita mau seperti dia atau justeru ingin lebih dari dia. Fokusnya kepada pikiran positif bukan pikiran negatif. (**)

Pandeglang, 20 April 2023   01.46

Posting Komentar

0 Komentar