Mimpi Pun Buruk

Ilustrasi mimpi (sum. Liputan6.com)


Mimpi tadi malam sampai saat ini menyisakan getaran halus. Mimpi yang seolah nyata. Ngeri sekaligus menegangkan. Entah bagaimana kalau ada di posisi begitu.

Ceritanya, di mimpi itu, aku berada di kampungku tapi terasa beda. Suasanya seoerti dulu. Emak cerita katanya ada yang membencinya, tak lain masih tetangga kami. Aku uring-uringan mendengarnya sehingga membuat aku nekat menghabisi nyawa orng itu.

Emak kaget kok aku melakukan itu. Aku pun sebenarnya kaget juga, kok berani. Mau gimana lagi, nasi sudah jadi bubur maka harus menerima konsekwensinya. Meski sejujurnya aku takut, takut kalau masuk penjara. Setidaknya aku menguatkan bahwa yang aku lakukan bentuk rasa kasihku ke Emak.

Di sepertiga malam itu aku terbangun dengan sisa ketakutan. Aku bangun dengan keringat membasahi tubuh. Sungguh, aku seperti berada di lembah penuh duri. Aku merasa sendiri. Di waktu resah itu, aku bersujud pada-Nya. Meminta dan berharap naungan kedamaian dari-Nya.

Dari rasa resah itu, aku membayangkan nanti di alam keabadian tepatnya saat jasad dibangunkan di kubur, mungkin aku pun kebingunan. Aku di mana? Aku sedang apa? Bisakah lagi kembali. Saat itu hanya "ingin", tidak punya pilihan selain pasrah mengikuti aturan.

Di dunia ini, aku masih bisa teriak. Bisa lari. Suaraku kemungkinan besar didengar. Dunia masih punya pilihan. Di sana, tidak ada lagi kedaulatan. Kedaulatan itu sudah tercabut saat nafas terhenti. Izrail menjalan titaah Allah rabbul izzati.

Duhai jiwa yang lalai, kemanakah hendak kau cari kedamaian sedangkan pemberi kedamaian kau jauhi?
Wahai hati yang resah, di mana kau obati rasa resah itu tanpa dekat dengan taat pada-Nya?
Kalau kau takut, takut pada makhluk-Nya, kapan kiranya takut pada Pemilik semesta ini? 

Mimpi malam memang menakutkan, mencemaskan bahkan buatku menggigil. Tapi aku pun segera tersadar, ada hal yang lebih menakutkan dan itu... tidak mengenal lagi batas!

Sebelum itu terjadi, mari kita merenungkan rasa takut kita sekarang ini apa karena Rabb atau sebatas tataran takut akan iblis lagi konconya? (**)

Pandeglang,  20 Mei 2023   16.58

Posting Komentar

0 Komentar