Tanpa Kamu

Dokumentasi pribadi

"Kenapa sih sikapmu gini, gak kayak biasa," katanya di sela oborlan via WhatsApp.

"Beda gimana, sih."

"Jujurlah, ada apa denganmu?"

"Aku lagi rindu."

"Gak lucu!"

"Siapa yang melucu!"

"Humm."

"Boleh aku mengagumimu?"

"Karena..."

"kamu layak dikagumi."

"Kok aku baper ya."

"Iya, baper aja, biar aku senang. Ha-ha."

"Kalau aku gak mau, tuh."

"Mau pasti. Terima kasih sudah mau belajar dan bersama untuk membangun kepercayaan. Lebay mungkin, tapi inilah kenyataannya."

"Terus apa lagi?"

"Jangan sesali perubahan baik apapun resikonya."

"Terus apa lagi?"

"Jangan lihat komentar orang."

"Terus apa lagi?"

"Jangan bohong kalau lagi rindu!"

"Ikh, kepedean!"

"Boleh ketawa kan?"

"Gak boleh!"

**

Selasa, 1 Mei 2023
_
Nyebelin banget cowok itu, lama-lama aku merasa seperti beraada di tubir bukit yang buatku bingung. Bayangkan saja tadi sok kepedan bilang aku rindu, rindu pada siapa. Eh, jangan sok ah!

Kata bapak, anak bapak yang manis ini harus fokus ke cita-cita. Hati-hati jaga hati, kalau terkena virus hati maka hati gimana nanti. Nanti harus disikapi.

"Eh, Non. Besok kita ada rapat koordinasi OSIS. Kamu teh, lagi mikir apa lagi melamun?" tanya Siska.

"Eh, lagi mikir ini."

"Mikirin si Cowok tengil itu ya?"

"Apaan sih, gak ada kerjaan banget."

"Kok senyum gitu."

" Lihat nih!"

"Ya Allah, kok bisa?"

"Gak tahu, proposal acara sudah tiga kali ditolak. Waktu sudah mepet lagi."

"Ini mah gawat! Kita harus musyawarah lagi, gak punya waktu lagi." katanya Pamit. "Aku coba kabari mereka. Kamu tunggu di sini!"

Hum, terus aku gimana. Sekalipun aku pintar menyembunyikan, tetap sebagian orang tahu. Seperti apa perasaan sendiri. (*)

Pandeglang, 18 Agustus 2023

Posting Komentar

0 Komentar