Melihat Tamu Masa Sudah Lalu

Saat tamu datang, menyapa dengan rasa (sumber Pribadi)


Nuys, apa kabarmu malam ini?

Lama kita bertemu, lama kita tak menyapa. Jarak memisahkan kita meski itu alasan saja. Ya, setelah sama-sama diam kita ingin mendiamkan satu sama lain. Sampai nama-nama baru menyapa kita, kita pun menjadi aku dan kamu.

Kalau dipikir, sesibuk apa sih kita untuk berkomunikasi saja sulit banget. Kita saling mempersulit diri untuk saling bercengkrama. Kita merasa baik-baik saja, padahal ada jurang di depan mata yang menghalangi jarak pandang kita.

"Biarkan kamu tahu hatiku saja, tidak untuk saling memiliki," katamu enam bulan yang lalu.

Aku paham arah omonganmu ke mana, meski agak sedikit jengkel, kenapa rasaku kamu umpamakan seperti lahan parkir yang kapan saja mau dikunjungi. Kamu lupa, segala sesuatu butuh resiko kalau kamu menjauh, ya sudah aku pun memilih tidak mengejar. Lebih baik mengejar sesuatu yang mau daripada pura-pura mau.

"Sejak kamu dekat wanita itu, kamu beda. Kamu yang dulu seolah lenyap, apakah sebesar itukah rindu mu padanya? Begitu drastis meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol," itu kamu katakan di chat-an satu hari lalu.

"Terus apa urusanmu? Kamu toh punya dia, ngapain mengatur waktu ku?"

"Kok, kamu nyolot! Aku cuma nanya, eh. Kalau pun aku sudah tidak spesial lagi minimal anggaplah aku teman."

"Hemm."

"Maaf deh kalau kata-kata ku menyinggung rasamu, aku hanya merasa kehilanganmu di saat ada dia, di sini. Di dekatku. Jujur, aku menyesali apa yang dulu aku lakukan, tapi itu dulu. Sekarang aku ingin memperbaiki semuanya. "

"Sudahah, Nuys, mari belajar memahami apa yang sudah terjadi. Bagiku, cukup satu hati dan aku tidak ingin melepas apa yang sudah ada, biarkan ia tumbuh dan berkembang mengisi ruang yang dulu kamu tinggalkan."

"Semudah itu? Secepat itu?!"

"Kamu lucu, ya. Ke mana kamu saat aku tertatih dari rasa sakit dan lumpuh oleh kesetian, lantas dia datang dengan kepolosan juga ketulusannya membuatku nyaman lantas bangun dari mimpi buruk. Kamu datang begitu saja tanpa dosa, lupa pada luka yang kamu berikan...."

"Diam, diam! Cukup!"

"Pahami rasaku dan pikirkan perasaan dia, itu saja."

Hal terberat bagi seorang pecinta adalah saat mencintai dan tengah merasakan sensasinya ada lembaran masa lalu yang ia punya spesial di hati. Saat itu, kadang banyak yang menutup mata dan kembali pada masa lalunya. Lupa pada perjuangan seseorang yang tidak lelah membantu kita untuk bangun, padahal masa lalu tidak menjamin mengulang keceriaan masa lalu lagi.

Tiba-tiba ada chat-an masuk, 

[Hem, masih ingat dia, Say?]

[Tepatnya dia ingat aku, bukan sebaliknya. Hihihi.]

[Kenapa gak disambut masa lalunya?]

[Soalnya Ibu Nyai lagi keluar, pesannya jaga Padepokan biar aman.]

[Ha-ha. Iya, sayang, baik-baik di sana. Aku percaya kamu. Biarkan dia mau, kamu jangan!]

[Serius?]

{Untuk?]

[Sikapmu tahu dia hadir tapi cuek, serius gak...]

[Intinya, selama kamu mau menjaga, aku tak harus takut. Takut untuk siapa yang belum saling percaya, kalau kamu terbuka dan berusaha tetap memahami ku, kenapa aku tidak mau belajar darimu, say?]

[Maksih ya, untuk pengertiannya.]

[Kembali kasih.]

[Eh, ngomong apa sih kita?]

[Masa lalu itu!]

[Oh, aku kira tentang Pak RT itu. Aduh, gusti Allah!]

[Astaghfirullah!!!!!]

Pandeglang,   14 Juni 2023     22.00

Posting Komentar

0 Komentar