Surat Keterangan Semalam

Kalau kau tak ada kabar, aku akan memeluk buku yang katanya paling peka. (sumber Pribadi)

Hatiku masih sakit, aku antara percaya atau tidak semua terjadi. Rasa perih itu masih menusuk jiwa. Sesak sekali saat menarik nafas. Malam ku resah, saat bangun ingin menangis. Ya, aku laki-laki pada akhirnya ingin menangis.

Sungguh, aku tak tepercaya kenapa kau ucapkan itu untuk menuangkan ingin mu, di saat kau injak rasaku sampai berkeping-keping. Bahkan, saat aku meminta untuk kau tidak pergi. Bahkan saat kau setuju untuk baik-baik saja, memaafkan. Aku pikir sudah selesai, ternyata itu penjelas bahwa seharusnya sudah bulat keputusan itu!

Tega sekali, mati-matian aku membangun mimpi, membangun harap. Terus menguatkan diri, kau layak aku perjuangkan. Kau tahu, menjadikan kau seperti ini tidak mudah. Bagaimana aku harus pintar menjaga syahwat, bagaimana aku harus ceria, dan bagaimana menyiapkan tanya agar kau nyaman. Hanya karena salah paham, kau beri keputusan yang buatku berantakan.

Cobalah buka hatimu, buka pikiran itu. Apa yang kamu katakan dan putuskan sungguh kejam, tak sedikitpun memberi ruang untuk memahami dimana-mana saat aku terbakar rindu, di mana aku ingin kamu dan kamu sibuk dengan pikiran kamu. Aku belajar memahami, karena bagiku mencintai adalah memberi.

Apakah masih ada maaf untukku kak? Masih ada sayang di sana!?

Tanpa harus kamu bilang, aku sudah memaafkan. Bahkan jangan tanya sayang, aku lebih dulu menyayangimu sebelum kau sadar kau disayangi. Tidak mungkin gara-gara ini menghapus semuanya. Tidak sayang, aku mencintaimu. Hanya saja, nyeri sekali kejadian semalam.

Andai kau di sini, aku hanya ingin memelukmu, terus mendekap tubuh mungil itu. Aku tak mampu berbicara, aku ingin memeluk. Biarkan kita menangis tanpa ada suara, aku ingin menyatu denganmu. Mendengar degup jantungmu. Dekat sekali dengan wajahmu.Ya, saat kita sudah halal pastinya.

Aku tahu membayangkan itu dosa, seperti mungkin apa yang kita jalani sekarang. Aku tak bisa memberi apa-apa. Hanya kata-kata dan janji, tapi bukan berarti itu mainan.

Masa lalu bagiku sudah berlalu. Aku paham cemburu itu, karena aku paham tandanya kau takut kehilangan aku. Untuk itu aku minta maaf, tapi jangan ulang apa yang kamu katakan tadi malam. Jangan putuskan sepihak seperti semalam.

Percayalah, kita belum siap. Kamu belum mampu untuk begitu saja membuang apa yang telah bangun. Kita harus hati-hati mengelola ego, menjaga cemburu agar tidak jadi kemarahan liar.

Kemari ayang, mari kita belajar lagi. Memperbaiki apa yang terjadi. Bukan mencari siapa yang salah, tapi sama-sama untuk mengingatkan kalau ada yang salah. Peluk rindu untuk kekasih hati di sana, maafkan, aku tuliskan di sini. (**)

Pandeglang Masih Mendung, 26/7/23. 09.49

Nb: kita bisa kan lanjutkan di WhatsApp.

Posting Komentar

0 Komentar