Satu Minggu Itu Nyata, Bukan Salah Paham Lagi


______
Ini soal malam ini, 

Tidak menyangka ya, hanya gara-gara sebaris kalimat harus berakhir gini, menunggu satu minggu. Ya sudah, apa yang mau diharapakan lagi, sudah seharusnya berpikir lagi, membangun mimpi dan menguatkan tekad. Sungguh, malam ini aku tidak sehat, aku kesal berikut kecewa sangat. Kenapa rasa ini terlalu dalam, hingga saat dipuncak harus diputus untuk satu kata, tidak lagi ada ruang.

Bodoh emang, mati-matian membangun prinsip, usaha dan berusaha memberi kesempatan untuk nyaman, pada akhirnya waktu punya rencana lain. Yaps, aku menyalahkan diriku. Tidak pada siapapun, ini murni suara hati yang bakal aku curahkan di sini. 

Satu Minggu mengubur rindu, satu Minggu menghapus semua kegelisahan, dan semua atas perbedaan. Apa bisa? Harus bisa, ini saatnya aku memilih, membaca, dan membaktikan diri di aktivitas positif. Cukup sudah, aku membuat resah, membuat semua jadi penuh kasih ujungnya hanya kecurigaan yang entah kenapa membuatku jengkel setengah mati.

Sejauh ini aku berusaha. Bagaimana ego aku bunuh, begitu saja lenyap. Sakit sekali rasanya, tapi siapa yang mau tahu rasaku? Banyak orang ingin selalu dipahami tapi lagi-lagi, banyak yang tak menyadari bahwa yang memahami itu manusia juga yang barangkali punya khilaf.

Rasanya, sudah cukup. Cukup dengan mimpi yang entah kenapa, selalu aku merasa paling capek, paling memahami dan harus memulai sesuatu. Ini saatnya aku kembali pada target yang sudah aku bangun.

Lagi-lagi aku ingat kataku, "kita hanya berikhtiar, saat terjadi apa yang kita inginkan Alhamdulillah. Kalau pun tidak, kita punya kenangan untuk dijadikan pelajaran," sambil tersenyum aku mengatakannya.

Pada jadinya semua proses. Tidak semudah kata memang, ya sudah, semua punya resiko. Resikonya terlalu berat. Tetapi harus dijalani dan diterima, dengan kepala tegak.

Barangkali itu buah doa yang kerapkali aku ujarkan: "Ya Allah, jika ia emang baik untuk aku dan agamaku, maka mudahkan. Kalau tidak, Engkau Maha Kuasa atas segalanya."

Malam ini biar jadi saksi, aku ingin tidur. Menutupi bagian apa yang menyakitkan. Aku ingin berdamai dengan keadaan. 

Selamat berjuang lagi, hadapi semua dengan berani dan bukan keluhan. Esok semua pasti ceria, rasanya harus ada yang aku tutup pintunya. Demi kenyamanan diri. Selamat datang masa depan, selamat jalan masa lalu. (***)

Pandeglang, 26 Juli 2023. 00.16

Posting Komentar

0 Komentar