SARANG

Foto: kutipan anak Emak. (Sumber Pribadi)

Kamu bilang sarang itu,
sesuatu yang dimasukan sehingga membuat nyaman, lemas seluruh jiwa
itu mutiara yang hanya yang "berpengalaman" tahu sensasinya

aku tertegun: sejauh itu masa lalu menenggelamkan kamu pada lubang-lubang hitam
Kamu menikmatinya sebagai sebuah perdamaian
toh, kamu tetap bersama
Walau ada dia, ayang tak mengubah apa-apa.

Berkali-kali aku ingatkan, jangan terlalu jauh menaruh perasaan,
dari sana ada perhatian, lantas ada kenyamanan
panggilan, mungkin biasa saja.
Tak jua kamu sadari. panggilan intim itu awal getaran di dada.

Laki-laki akan makin beringas,
Saat kamu bukan selebar apa jiwamu, hatimu, inginmu.
dia mengetuk, kamu buka dengan kesatuan.

Masa lalu itu tidak berlaku, soalnya adalah perihal cinta
dia tahu hal tabu yang dibenci syara'
dia tahu saat kau terbakar nyanyian syahwat
berimbas ingin yang belum kamu rasa, 
Kamu bayangkan dengan dia, "dia tahu ingin ku tanpa harus aku katakan," katamu dengan senyuman.

Kalau dia masa berlalu, terus siapa kamu,
"Kau hadir dengan kata semangat, puji dan sering memelukku dengan diksi lembut
Apa yang kamu mau dariku?
aku punya masa lalu, 
aku tak lagi punya kesucian. Semua sudah kuberikan pada bintang halalku.
aku punya tunas-tunas masa yang lahir dari cintaku.

Kau hadir dengan kenyamanan,
tak bisakah kau berpikir, aku orang yang rapuh,
terus terbakar pada rindu.
Usia tak melupakan aku bucin,
aku haus kasih sayang. Aku ingin kepuasaan
kenapa kau hadir, dengan pesona, yang buatku cemas, 

apa yang kau cari!?
kau tak akan mendapatkan madu, aku sudah menjadi bagian sarang lain.
aku belum beranjak dari masa lalu, buatku tenggelam, basah tubuhku.
Kau hadir saat aku... tak bisa menutupi.

Apa bedanya kau, 
tidakkah kau pahami ini, walaupun aku sembunyikan. 
Kau tahu, aku juga punya rasa yang malu diutarakan padamu," katamu dengan sorot resah.

Siapakah aku? 

aku hanya seseorang yang melihat pigura mu di sini, 
aku tak ingin tahu seperti apa dalamnya jiwamu, 
aku hanya, melihat lukisan mu.

Aku lihat parasmu, memuji atas anugerah terindah.
Meraba bibirmu, melihat sorot matamu,
Lantas aku berfantasi tentang tubuh yang rapuh itu,
Saat malam di mana kau telanjangimu dirimu, 
kau ejekku sebagai orang yang polos.
Ya. Kau tak peduli saat aku terengah-engah, "jangan lanjutkan, aku ingin terjaga."

Potret polos membuatmu lebih berani, paham, dan tahu
Dua puluh tahun cukup tahu segalanya.

Aku tahu rasamu, dan gundah itu. Pun aku tak mau sejauh itu tenggelam di lautan cinta.
Kamu punya punya dia, punya masa depan. 

Aku pun sadar, punya seseorang yang kini melangkahkan kaki di rasaku
dia yang terus belajar memahami, 
kami belajar membangun mimpi nanti
ya, meski waktu belum izinkan kami memetik buah kerinduan.
Ia Anak Bapak, pengajar nun jauh di sana.

aku hadir karena melihatmu rapuh,
Oleh janji-janji yang usang
kamu punya masa lalu, itu kadaluarsa
kamu punya masa kini tapi kebingungan
kamu punya masa depan, tidakkah kau jemput itu!

aku ingin kamu tersenyum
mempertontonkan gingsul manismu
Menatap hari dengan ketenangan
Menikmati asupan iman dengan ketulusan
Lidah fasih dengan dzikir dan ayat-Nya
Laku ilmu tidak hanya tahu, 
Kau amalkan untuk keabadian.

mungkin itu tidak mudah, begitulah ujian iman
Hadapi dan lihat masa depan
tutup apa yang meresahkan
Karena, kepuasan adalah soal sikap,
Soal hasrat dijaga, saat nafsu dikekang
Demi niat tulus
Kami salurkan pada sarang penuh berkah

Bukan. Bukan pada dia yang buatmu resah
Hati-hati sekali kamu jaga, agar tak ada mata mengintip
kamu terus tutupi, seolah aku bodoh adanya. 
Terus kamu ulangi...
Cerita dan panggilan ayang itu.
Aku tidak terluka, hanya gemas, pada kenyataannya ini. 

Kamu lari saat nasihat yang kuberikan,
Seolah itu ramuan.
Lari saat online, padahal ceklis biru.
Diam, saat aku merindukan ketegasan.
Bukan soal rasa Kita. 
Soalnya adalah, kapan beranjak dari lumpur penuh lengket itu?

Ingin sekali aku lari saja, 
tak peduli dan pura-pura tertidur
Tidak, aku punya nurani
membiarkan kamu begitu, aku takut, terlalu jauh kamu berlayar
Demi alasan semu.

Klise sekali urusan ini, 
Aku ada di antara kepentingan
Yang kadang buatku tertegun, "Apa yang kamu cari?"

Pandeglang, 25 Juli 2023.    17.31

NB : untuk apa siapa yang punya masa lalu dan belum paham arti masa yang sudah berlalu.

Posting Komentar

0 Komentar