Sore yang Mendung


Ini gambar pagi bukan cahaya sore. (Sumber Pribadi)
Sore, 29 Juli 2023
_
Apa kabar sore? Menjelang senja ini, kenapa kau terlihat lebih muram nan pucat. Padahal kemarin kau baik-baik saja, aku masih bisa menikmati singgung manis itu. Sesekali menatap elok semburat jingga di netramu.

Kamu mungkin belum tahu, saat aku ingin terjaga dan kuat mentapmu, di hati lain ada rasa yang buat terpukul; Pemilik Semesta mengujimu untuk lebih kuat lagi.

"Kamu tahu Say, andai aku punya sayap aku ingin bersamammu mengelilingi mayapada. Kita melihat luasnya bumi?"

"Cius?"

"Dua cius malah," katamu sambil tersenyum.

***
Surat Tanda Rindu,

Sebelumya maaf, kalau lagi-lagi rindu kusampaikan. Aku tahu itu membebanimu, aku tahu membuatmu malu. Aku hanya ingin katakan satu hal : jangan takut menjemput takdir.

Kita hanya hamba yang terbakar oleh rasa, ya bisa bisa menghanguskan jiwa atau mungkin memuat esensi kehidupan. Sore ini, aku tengah ada di posisi antara harus tegap dan lembab. Meski begitu aku percaya, kau sore yang harus memeluk bumi tertutup sinar mentari.

Meskipun kamu pucat, jangan lihat pucat itu, tapi lihat bahwa Allah ingin menguji  hamba-Nya sekuat apa bertahan untuk takdir?

Di sini, katakanlah, apa yang bisa aku lakukan agar sedikit meringankan uka juga rasa lelahmu? 
Aku tak bisa memeluk, aku hanya punya untaian kata dan kalimat, barang kali membuat soremu lebih berwarna. Sebab, kalau pinta yang lain, maaf, aku hanya menjadi pigura di hatimu.

Sore yang kurindu dan tak lupa disayangi, jangan lihat gelap ya, sebab itulah perputaran. Aku cemas, bukan karena kita jauh saja, mungkin sudah jauh lantas kerapuhan yang buatku... merenung.

Selamat sore, jangan lupa, ada yang suka menuliskanmu. Bukan untuk membuat kamu malu tapi agar kamu kuat. Tidak sekuat baja, karena suatu saat nanti ingin merasakan madumu, tidak menjadi pemuja abadi. Hihi. (***)

Pandeglang mendung lagi,  29 Juli 2023    17.47

Posting Komentar

0 Komentar