Butuh Bantuan

Warga tengah ikut saweran. (Sumber Pribadi)


Tadi malam, adik saya yang tengah belajar menjadi jurnalis di salah satu media online Banten, meminta kesediaan saya untuk membantunya dalam sehari membuat 3 artikel. Sehari 3 kalau diakumulasi sebulan sekitar 90 tulisan lebih.  Lumayan juga untuk melatih kreatifitas agar lebih  produktif.

Saya sendiri realistis, kalau mau akan dibantu tetapi kalau tidak, ya ikut mendukung saja. Bukan apa-apa, kesibukan merenggut sebagian waktu saya. Untuk itu, saya kudu pintar membagi waktu. Mana waktu untuk menulis, mana waktu mengobati kerinduan dan mana waktu untul berbakti pada sendiko dawuh Emak.

Kalau sudah terjadi kita tidak bisa menyalahkan keadaan, maksudnya soal waktu yang terasa sempit ini. Sebagian orang bukannya "ingin sibuk" ya, karena sebutan sibuk biasanya tanda itu sukses. Entah sukses sekedar sebutan atau memang beneran sukses.

Aku ingat tulisan Ustaz Felix Siauw di Panjimas, bahwa katanya, kita mudah sekali kita men-judge orang kalau sudah sukses sombong benar. Dulu saat miskin ramah banget, saat tidak punya gampang di kontek. Sekarang saat dunia berputar 180 derajat, asam sekali. Itu saat kita tak jadi apa-apa.

Namun katanya, berbeda saat kita sendiri ada di posisi sukses itu, maka betapa kita kerepotan membagi waktu. Kita ingin seramah dulu dan punya waktu banyak untuk bincang-bincang hangat, tetapi bagaimana kesibukan merenggut semuanya. Mungkin ini efek samping dari kesibukan. 

Tapi, serius karena kesibukan atau jangan alasan saja agar mencari pembenaran dari rasa malas? Hem, barangkali ya. (**)

Pandeglang, 2 Agustus 2023  16.30

Posting Komentar

0 Komentar