Tidak Semua Seperti Yang Kita Pikirkan

Proses melawan rasa takut dan cemas. (Sumber Pixabay)

Hidup kita pasti punya masalah. Masalah itu kadang sama kadang berbeda. Kadarnya mungkin terasa lebih berat dibanding orang lain, atau justeri lebih ringan. Berat pun kadang versi kita, kadang bagi orang lain biasa. Intinya, masalah adalah kepastian.

Kalau masalah adalah kepastian, lantas kenapa kita suka cemas melebihi kesadaran kita? Saat kita sakit, kita fokus memikirkan rasa sakit itu. Hari-hari dijalani menangisi rasa sakit bukan mencari sebab kenapa sakit dan mencari solusi atas rasa sakit itu.

Ketika kita kehilangan orang yang kita sayangi, kita menangisi kepergian itu tanpa mau menggali hikmah apa Allah mentakdirkan itu. Kita lebih suka mengeluh dan menjadikan itu alasan bersedih berlebihan. Kita menutup diri dari nasihat orang dan acuh terhadap upaya orang mencintai kita dengan tulus, kita berpikir "masalah kita besar" dan apa yang mereka katakan tak ada guna.

Padahal yang pergi tak akan kembali kalau Allah tak berikan izin. Waktu tak akan berhenti dengan tangis kita, justeru ia akan memotong masa hidup kita sehingga hari-hari terasa derita saja. Kita "menyalahkan takdir" padahal salah kita yang "tidak mau" memahami takdir kita.

Ketika kita miskin harta, kita mengutuki nasib diri dan mendengki mereka yang kebetulan nasibnya baik. Kita lupa menerima takdir dan berusaha keras mencarinya atau lupa bersyukur terhadap keadaan diri. Betapa banyak mereka yang kaya harta tapi mungkin tak memiliki kelapangan hati.

Itu lah sebabnya kata Nabi "orang kaya itu bukan mereka yang banyak hartanya tapi kaya hatinya". Sabda ini tidak boleh diplintir; "kita harus" miskin, tapi dipahami sebagai nasihat "mental kaya" jauh lebih penting daripada kaya tapi miskin mentalnya.

Silakan pembaca tambahkan lagi apa masalah itu, entah itu soal asmara, mental atau konteks bernegara kita. Artinya, selama kita bisa memahami takdir dari Allah seharusnya kita pun menerima dengan kesadaran penuh, itu terjadi bukan tanpa hikmah.

Tak bisa kita menjalani hidup seusai keinginan kita. Apa yang terjadi terus kita tangisi itu sia-sia tanpa ada penerimaan. Harus ada sikap kita ubah. Menyesali apa yang pergi lantas lupa dengan harapan masa depan sungguh pekerjaan yang melelahkan.

Kalau kata Dale Carnegie, kelelahan kita sering kali tidak disebabkan oleh pekerjaan, tetapi oleh kekhawatiran, frustasi, dan kekesalan. Dan kita mungkin gagal menangkap esensi itu dan malas merenungkan takdir tersebut.

Betapa sering kita dengar bahwa ayat pertama Al-Quran adalah membaca. Membaca adalah aktivitas kerja. Kita diperintah untuk membaca diri kita, pesan kehidupan dan apa ayat suci paparkan. Sayangnya, kita selalu lupa dan terlalu fokus pada "masalah kita" bukan pada rahasia yang Allah kehendaki di baliknya.

Sebagai penutup saya kutip masih perkataan Dale Carnegie di buku Kata-kata Yang Mengubah Dunia: Dari Plato Sampai Obama, "Kamu dapat mengalahkan hampir semua ketakutan jika kamu membuat pikiranmu melakukannya. Untuk diingat, ketakutan tidak ada di manapun, kecuali di alam pikiran." (**)

Pandeglang, 28 Agustus 2023. 19.14

Posting Komentar

0 Komentar