Cinta Pertama Tidak Selalu Harus Utama

Masa lalu mungkin cinta pertama tapi ia sudah jadi cerita. (Sumber: Pixabay. Com)

Cinta pertama selalu utama dan harus diutamakan. Ada saat kita harus bersikap biasa dan tidak ada apa-apa. Meski kata orang cinta utama sulit terlupa, tapi bukan mustahil ditinggal kalau ada yang lebih mampu datang ke orangtua. Biar ia jadi sejarah semata atau bersama, bila Allah mentakdirkan bersama-sama.

Ada yang cerita ke saya perihal masa lalu itu hadir lagi di saat sekarang memadu kasih dengan orang baru. Tidak hanya baru, bahkan memiliki buah dari kebersamaan yang intim. Syariat mengikat dan orang tua merestui kebersamaan itu. Apalagi yang kurang, rasanya sudah cukup.

"Dia tetap istimewa, dia masa lalu yang melekat dan itu..., sulit terlupa." Tangisnya di saat merindu pada orang cinta pertama, di saat sama ada kekasih halal di sampingnya.

Ia simakalama, apalagi sudah terjalin chat dalam waktu yang lumayan lama. Cinta yang sudah dikubur, bangkit menyapa. Meski ia punya pelabuhan di hatinya, punya buah hati pula, cinta pun kembali bersemi tak peduli sekat memberi garis tegas; tidak boleh!

Saya sebagai orang yang tahu karena diberi tahu, hanya melihat dari jauh sekali serta mempertanyakan: apakah cinta pertama harus selalu di pertahankan? Apakah selalu diperjuangkan? Cinta pertama memang istimewa tapi benarkah istimewa kalau sekarang hadir untuk meruntuhkan bangunan kokoh daru KUA?

"Terus, bagimana kalau kamu ada di posisiku? Cinta pertama menyapa di saat rindu terbagi dua, antara masa lalu dan sekarang?"

Entah itu masa lalu dan entah itu cinta pertama bagi saya itu sudah jadi cerita, karena sekarang saya punya masa depan yang harus saya perjuangkan. Alasan saya tidak mau baper, karena ia sudah di samping saya lagi, ya sudah lepas saja.

Itulah kenapa, bangunan utama sebuah hubungan adalah kejujuran dan kepercayaan. Itu saya sampaikan pada wanita yang pernah dekat dengan saya,

"Kita hanya ikhtiar, kalau toh kita tidak bersama dalam halal. Mari saling mendoakan untuk sama-sama bahagia."

Saat mereka menikah, entah pamit atau tidak, saya sungguh tiak tersiksa. Kami punya aturan untuk saling mendoakan. Saat resepsi tidak alasan untuk tidak hadir kalau tidak ada udzur syar'i.

Apakah masa lalu istimewa? Ya, istimewa untuk masa yang lalu. Saat semua baik-baik saja. Tetapi kini, purnama lain lagi, harga BBM melangit lagi apalagi harga sembako menjadi janji politik lima tahunan.

Saya pikir, kita harus realistis dalam hidup. Berbeda misalnya kalau status ia sendiri dan kita sendiri maka perasaan yang pupus harus kembali diperjuangakan agar kembali hidup, mekar dan berbuah asri di taman-taman para pecinta. Kalau sudah memiliki pasangan, apa artinya sebuah komitmen?

Saya yakin, tiap orang punya "masa lalu", tiap orang punya "cinta pertama", tetapi kita harus tegas soal perasaan, sebab banyak orang masuk ke jurang bukan karena tidak tahu. Ia tahu dan pura-pura baik saja. Saat jatuh ke dasar, penyesalan pun jadi akhirnya.

Ngomongin cinta pertama, di buku Sirah An-nawabiyah pernah saya baca bahwa Nabi Muhammad saw. sebelum menikah dengan Ummul Mukminin Khadijah, pernah mencintai puteri pamannya. Itulah Ummi Hani. Nabi mencintai ia, mengungkapkan, dan bersungguh-sungguh ingin meminangnya.

Gayung tak bersambut, Ummi Hani tidak mau dan Nabi tidak sakit hati. Takdir Allah mencatat sejarah Nabi bersama Ibunda Khadijah dan sepuluh wanita lainnya yang Al-Qur'an menyebut ahlu bayt-nya.

Artinya apa? 

Cinta memang anugerah. Masa lalu mungkin spesial. Cinta pertama pasti istimewa, tapi takdir soal jodoh siapa yang tahu? Ini yang kadang salah dipahami oleh mereka yang punya masa lalu tapi tidak mau melihat masa depan. kamu gimana? (**)

Pandeglang, 16 Agustus 2023.  17.51

Posting Komentar

0 Komentar