Dewasa Tidak Soal Usia Saja

Dewasa bukan soal "merasa" tapi "proses" yang perlu kesabaran. (Sumber Pixabay).

Kenapa sih kita menyalahkan orang lain karena hati dan pikiran kita tidak baik? Kenapa kita sibuk dengan "kejengkelan" sendiri tapi lupa orang lain pun bisa jengkel? Atau kita berlindung ke sesuatu padahal salah kita yang tidak mau belajar dengan keadaan?

Mungkin sebabnya, tidak mau memahami dan merenungkan kejadian di sekitar kita. Banyak sekali pelajaran di sekitar, entah tentang tetangga atau kejadian alam, kita masih memfokuskan pada diri dan masalah sendiri.

Seperti sekarang, aku tengah sebal sekali, sebal pada sikap dan komitmen seseorang. Bagiku sederhana, kalau kita mau berkomitmen maka "harus mau" menciptakan kenyamanan. Bukan terus "menunggu kesempatan" agar nyaman. Kalau tidak mau, ya sudah apa yang harus dilanjutkan.

Untuk soal sederhana seperti ini saja tidak paham, apalagi untuk hal yang lebih besar. Apa kita masih percaya bahwa dewasa itu hanya usia? Kalau kita percaya, kenapa yang egois itu kebanyakan "yang tua" pada mereka yang dianggap muda? Bukankah perceraian terjadi karena "merasa benar" akan sikapnya lantas memilih lari daripada memperbaiki? Hal itu bukankah sikap anak-anak lakukan?

Sejauh ini aku apreasiasi upaya dia untuk dewasa. Seharusnya tidak cukup disitu, tidak boleh bersembunyi di balik kata "masih kecil". Sebab, dewasa adalah soal proses. Proses kita mau terus belajar memahami dan menerapkan apa yang pantas dilakukan atas perhitungan matang. 

Bukan aku terus menyalahkan, aku pun bisa salah dan sering salah. Untuk itu, siap disalahkan dan diluruskan. Tidak akan lari dan mencari pembenaran. Masalah itu untuk dihadapi bukan lari agar baik-baik saja. 

Segala sesuatu yang belum selesai akan terus terulang sampai pada saa kita bosan sendiri. Oleh karena itu, selesaikan apa yang belum selesai selagi bisa dan mampu agar tidak ada penyesalan di akhirnya nanti. (**)

Pandeglang, 7 September 2023    16.29  

Posting Komentar

0 Komentar