Di Pukul Kosong Satu Dua Lima Dini Hari

Gersang itu suasana hati yang terbakar cemas. (Foto: Kiriman seseorang yang kini lari)

Di langit yang sebentar lagi embun mulai membasahi bumi, di purnama yang ke sembilan, di setiap nafas harapan ini, aku tak ingin meratap. Ada untaian kata seperti sungai yang mengalir kan sunyi, senyap dan memuaskan tanya; tak lupa ada di mana ada terserak cemas.

Gersang sekali!

Di antara pelabuhan-pelabuhan yang kau lihat tetap termangu, kadang aku bertanya kenapa. Kenapa ada lagi dan lagi. Bukankah di sana samudra, ada kehidupan dan harapan. Ada pula janji-janji yang membuat tengkulak kaya raya, membuat nelayan tersenyum karena esok ia bisa membaca sepenggal mimpi untuk anak istrinya di rumah.

Aku tidak tahu, apa yang harus di benahi, apa pula yang harus dilakukan, di antara hujan yang penuh peluru di dasar lautan rasa. Aku ingin terdiam, tapi hati ialah komponen cerewet. Seperti malam ini, aku ingin diam. Diam melihat kau dengan segalanya.

Tapi mana bisa, hati adalah soal kejujuran. Pada akhirnya lagi memeluk segumpal khawatir berbalut cemas. Aku berada di bandara kehidupan. Terikat kesepakatan, mana lagi yang dapat aku peluk dan percaya.

Di antara harus salah dan menyalahkan, destinasi wisata penuh luka. Siapa nyana, ini malam di menit ke kosong satu empat puluh, menyendiri di ujung kamar.

Gersang sekali.

Aku memeluk bayang semu, tapi itu nyata. Ke mana aku mencari penjelasan, ke mana aku mencari obat, ke mana aku mencari tahu; ah sudahlah. Semoga iman tertancap di jiwa tak jadikan lemah. 

Mungkin aku harus tidur, meski belum kantuk. Mungkin aku harus biasa kalau debat pula. Mungkin aku harus bisa walau tanya tetap ada. Biarlah, langit toh masih ada. Masih ada esok yang lebih cerah.

Uniknya buku serta tulisan pun setia dari tadi menanti di sapa. Mungkin benar, pernah ada yang bilang, temani sejati adalah buku dan kekasih abadi ada kata-kata. Ia tidak lari, sampai padanya nanti akan jadi keabadian. Begitulah pamungkasnya Pramoedya Ananta Toer.
//
Selamat malam kau,
yang kini tetap berikan resah
tetap berikan rindu
tetap berkesan
tetap berikan kasih
tetapi risau ini jadi kan malam ini serasa sepi
lari menjauh jawab

Kadang kenapa harus cemas, kata hatiku.
Mungkin sebab cinta melekat
tak ada lagi sekat
Ingin dekat-dekat
Serapat mungkin yang dapat

Kenapa lari-lari
Aku cari 
///

Terima kasih malam. (***)

Pandeglang, 18 September 2023.    01.55

Posting Komentar

0 Komentar