Apa yang Bisa Kamu Lakukan Untuk Islam?

Saat kita harus berpikir, apa yang sudah lakukan untuk Islam? (Pixabay. Com)


Ari nabi eta wafat, eta teh jadi alamat
bahwa dunia rek kiamat
Sebab mung nabi langeng
Dunia pasti langgeng

Begitu syair Sunda yang sering dikumandangkan di Masjid menjelang Salat jamaah. Nabi sudah wafat tapi bukan berarti risalahnya ikut wafat. 

Risalah itu terus dan wajib disebarluaskan. Risalah itu menjadi cahaya dari ufuk timur sampai barat. Apalagi makin ke sini barat tercerahkan dengan populasi muslimnya, lantas kita, apa yang bisa dan mampu kita lakukan untuk risalah suci ini?

Di malam minggu, saat menghadiri maulid Nabi di kampung Cipatik, 23 Oktober 2023. Aku sungguh tertohok dengan kata-kata dari Ustaz muda asal Lebak, Banten itu. Dalam ceramahnya ia berkata:

"Kalau Nabi sesudah wafatnya masih bisa mengislamkan orang, lantas bagaimana kita sebagai umatnya yang masih sehat lagi hidup?"

Beliau pun menceritakan seperti apa dan bagaimana proses masuk Islamnya seorang non muslim. Untuk lebih lengkapnya mari saya ceritakan kisah menakjubkan itu. Semoga melembutkan hati kita yang keras, ingin kita yang negatif dan akhlak kita yang sering tak sejalan dengan garis lurus.

Diceritakan ada seorang penganut kitab Taurat taat, yang mana tiap sabtu rajin mengkhatamkan isinya. Akan tetapi, ada satu halaman yang isinya menceritakan tentang 4 sifat nabi Muhammad saw,.

Halaman itu dibacanya, lantas dirobek dan dibakarnya. Dengan begitu, risalah bahwa taurat membenarkan ajaran Nabi tak berdasar, karena toh sudah tak ada. Pikirnya begitu.

Sabtu depannya, saat ia mengkhatamkan Taurat lagi, lembaran itu masih ada. Kalau minggu kemarin sifat Nabi ada 4 maka sekarang ada 8 sifat. Tanpa repot-repot, ia robek dan bakar itu lembaran tersebut. Pikirnya semua akan selesai.

Anehnya, lembaran itu masih ada dan sifat Nabi bertambah terus sehingga membuatnya heran sekaligus jengkel. Saat ia tanyakan kepada rekannya yang memahami taurat lebih baik, jawabnya, 

"jangan kau dekati pendusta itu. Sungguh ia pembawa kerusakan."

Saat ditanyakan terkait sifat Nabi yang terus bertambah saat dirobek, apakah begitu di kitabnya. Ternyata tidak! Hal itu membuatnya semakin penasaran, timbul keinginan ke Madinah untuk melihat sosok mulia itu. Jiwanya gusar.

Berangkatlah ia ke Madinah. Singkat cerita. Di sana ia bertemu Salman al-Parisi, saat di bertanya, "saya ingin bertemu Muhammad," ucapnya lantang.

Salman terdiam sambil menahan isak. Entah lah, ia harus bagaimana bersikap. Kalau jujur bahwa Nabi baru saja wafat beberapa hari yang lalu, takut membuat tamu itu kecewa. Kalau pun berbohong itu tidak mungkin.

Untuk itu ia mengajak kaum Yahudi itu ke Masjid Nabawi. Siapa sangka di sana para sahabat berkumpul dengan raut sedih. Hal ini membuatnya tambah heran.

"Siapa di antara kalian yang bernama Muhammad?" Ia bertanya dengan keras.

Tetap saja wajah para sahabat diam menahan sesak di dada. Tak lama, ia diberi tahu kalau Nabi sudah wafat beberapa hari yang lalu. Sontak saja membuatnya oleng, lemas lututnya dan jiwanya seperti teraduk-aduk.

"Mana di antara kalian yang bernama Ali?" pintanya, "tolong sebutakan sifat dan fisik Nabi!" harapnya. Bagaimana pun nama sayidina Ali tercatat di Taurat pula.

Saat mendengar Ali menyebutkan fisik Nabi, akhlak juga sifatnya. Ia semakin merasa sesak. Jiwanya merasa kehilangan sosok agung tersebut. Di puncaknya ia meminta ingin melihat baju yang biasa Nabi pakai.

Sungguh, kerinduan itu terasa makin mengelora. Ia ambil baju, ia ciumi dan peluk. Begitu wangi. Begitu banyak tambalan di dana-dana. Betapa sederhananya sosok ini. 

Dengan penuh takzim meminta diberitahu di mana makam Nabi Muhammad saw., saat itulah tangisnya pecah. Di atas kubur itu, ia berujar, "Aku bersaksi Allah Tuhanku dan aku bersksi nabi Muhammad itu utusannya." Katanya dengan mantap lagi yakin.

Lanjutnya pula, " Kalau keislaman saya diterima ya Allah," ujarnya dengan penuh kesedihan, "matikanlah saya sekarang!"

Tak lama. Saat rindu menggelora, Izrail menjemput nyawanya sesuai perintah yang Maha Kuasa. Wafatlah ia dengan iman bertahta di jiwanya. Di depan kuburan, lepas jiwanya dan Islam lah ia. Begitulah ceritanya.
**
Sampai sini, kalau Nabi mampu mengislamkan meski sudah tak ada lagi, Bagaimana kita yang meyakini dengan penuh kemudahan, sudahkah menjadi sebab orang tahu islam karena akhlak kita.

Ya. Kita yang mengaku beriman ke Nabi dan berusaha untuk meneladani apa saja yang tersirat lagi tersurat di sejarah nabi. Apa sudah berpikir untuk jadi sebab orang tahu Islam lewat akhlak kita? (**)

Pandeglang, 17 Oktober 2023   23.25

Posting Komentar

0 Komentar