Beranilah, Ada Allah!

Sedih itu wajar, tapi selanjutnya harus ada fase melangkah. Lagi. (Pixabay. com)

Semua terjadi tanpa kita tahu. Kita berharap terbaik tapi takdir selalu berkata lain. Allah punya cerita di balik kisah hidup kita. Dan, kita harus siap!

Aku rasa, itu pula yang aku terus doakan untukmu di sana. Seseorang yang kupinta dalam doa dan diikhtiarkan dalam usaha. 

"Di hari ketiga, aku masih nangis a, rindu," katamu dengan suara yang buat jiwaku pecah.

Memang tidak mudah seperti yang dikatakan tapi semua bukannya harus ada usaha, ya?

Ditangisi atau tidak, ini rahasia terbaik dari-Nya. Mungkin berat. Wajar adanya. Bukannya kata Nabi asobru 'inda sodmatil ula, yaitu namanya sabar adalah sulit di pukulan pertama.

Artinya apa? Di awal-awal kita masih perlu waktu untuk berdamai dan menerima keadaan. Apalagi kehilangan seseorang yang kita cintai.

Itu pula perasaan Nabi saat kehilangan Ibunda Siti Khadijah dan tak lama kehilangan paman tercintanya. Di saat yang sama ummat Islam masih di-embargo (diacuhkan) oleh masyarakat Mekah.

Tahun itu disebut amul huzn. Hari kesedihan nabi. Apa Allah diam dengan hamba mulia itu? Tidak sama sekali. Setelah itu ada peritstiwa isra mi'raj, sebagian Ulama mengatakan itu hiburan untuk Nabi. Hasilnya adalah perintah salat.

Itulah salat, ibadah yang diberi tugas tanpa perantara. Kesedihan nabi tidak membuat kecil dan lemah, semua dihadapi. Meski luka dan butuh proses menerima. Tapi nabi punya Allah. Ya, Allah!

Kuncinya adalah Allah. Allah Maha tahu dan mari terus belajar menerima takdir serta menjalaninya. Sesakit apapun, seperih apapun. Allahu ma'ana. (***)

Pandeglang, 29 Oktober 2023   17.46

Posting Komentar

0 Komentar