Titip Pesan Pada Kata-Kata

Menyampaikan pesan pada kata-kata. (Pixabay. com)

Aku tengah rindu tapi malu mengakuinya. Malu, jangan-jangan berlebihan menyimpan terlalu banyak pada dia yang manis di sana. Akan tetapi aku bingung, kalau harus diam gejolak rasa.

Aku masih ingat ucapan tadi malam, "Itu pesan bapak yang dititpkan ke kami," katanya.

Ucapan apa itu? Cukup kami yang tahu. Aku seriusan tersentak dan menyadari; ada kepercayaan dan harapan di kepalan tanganku. Sudah pula anugrah cinta, kini ada hal lain lagi.

Aku langsung teringat dengan kata-kataku, "cinta itu butuh resiko. Apapun yang terjadi kita harus belajar siap-siap. Jangan lari, lari tak akan menyelesaikan masalah."

Itu sering aku ucapkan pada dia yang bayangannya tak jua lepas di netra, entah kenapa membuat hari terasa beda. Apalagi sekarang ada aturan yang buat kami harus bersabar.

"Jangan menyakiti, jangan sekali-kali. Bagi kami ia mutiara yang harus kami jaga. Ia mawar yang mewangi di hati kami," pesan itu teramat dalam. Lagi, aku terdiam.

Pesan itu bisa dikatakan wasiat bapak untuk aku berpikir dan memahami keadaan, seperti apa ia di keluarganya, jiwanya dan harapan besarnya. Meski aku sadar, aku hanya sebersit debu hitam yang penuh dengan noda. 

Aku menyadari, aku belum sefitri itu. Masih terombang-ambing oleh harap, cemas, asa dan gegap mimpi tiada akhir. Semua nyata, tiada kata lagi mundur, harus dihadapi.

Toh, harap kita baik dan benar. Hanya saja ada proses yang membuat harus sabar, seperti para perindu yang meletakan rasanya di prinsip kuat. Meski kita ingin, tidak cukup ingin kalau kita berharap melabuhkan kesucian di samudra tiada ujung itu.

Bagi seorang pecinta, bukan aral melintang yang buat mereka takut. Ketakutan mereka adalah saat rindu tak tersiram kepercayaan. Saat sayang tak ditemani kejujuran. Saat diam tanpa ada kemesraan lagi.

Saat ketiga dimilikinya, maka sejauh apapun jarak dan selama apapun waktu mempertemukan, mereka percaya. Ada masa nanti semua dipersatukan atau mungkin dipisahkan. 

Jadi ingat kata-kata Pidi Baiq di ending novel Dilan pertama, ia berkata, "Setiap pacaran [hubungan] pasti berakhir, berakhir ke pernikahan atau perpisahan." (**)

Pandeglang, 31 Oktober 2023    11.51rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

Posting Komentar

0 Komentar