Bertemu Nabi Wasilah Baca Salawat

Barakah Salawat itu nyata seperti sinar mentari. (Pixabay. com)

Menurut Buya Arrazy, ulama muda jebolan dari pesantren mahasiswa Allahu yarham Prof. Dr. Mustofa Ali Yakub, ada Ulama Indonersia muridnya Buya Maliki Mekah al-mukarromah itu sering mendawamkan salawat. Saking seringnya mendapat kemulian mudah bertemu rasulullah di mimpinya.

Dikisahkan suatu waktu Buya Maliki mau safar ke Eropa, beliau bertanya dulu kepada muridnya itu. Coba tanya ke nabi, apa saya direstui ke Eropa. Kalau dibolehkan akan berangkat, kalau pun tidak akan membatalkan.

Perlu kita tahu, Buya Maliki termasuk ulama dunia yang muridnya tersebar di mana-mana dan produktif menulis kitab-kitab. Siapa nyana untuk hal tertentu bertanya ke muridnya, tentu itu bentuk penghormatan.

Siapakah ulama itu? Dari yang saya lihat di video lain yakni KH. Thofur Purwerjo. Ya, ulama asal jateng ini terkenal dengan salawat, barakah darinya bisa bertemu dengan baginda nabi.

Betapa beruntungnya kita muslim indonesia punya banyak ulama murid dari ulama dunia. Alhamdullah, sekembalinya dari belajar luar negeri kembali membumikan risalah cinta di bumi pertiwi.

Mungkin ada sebagian kita heran, apakah benar bertemu nabi?

Tentu saja benar. Di kalangan santri hal ini biasa tapi amat istimewa bagi yang mengalaminya. Bagaimana tidak istimewa bertemu nabi loh, saat masih di dunia lagi. Lagian di kitab-kitab banyak menjelaskannya.

Kalau ada yang tidak percaya dengan beralasan bahwa nabi sudah wafat katanya, ya sudah, biarkan saja. Tidak usah diperdebatkan. Itu hak dia.

Kita mah percaya, sederhana sih logikanya. Kita bisa bertemu nabi itu hak Allah. Karena apa? Berkah ketaatan, Allah ridha, mudahlah keinginnya kita. Nabi memang sudah wafat tapi bagi kita bukan musatahil memiliki keistimewaan.

Orang sahid sabilillah saja al-Qur'an tidak menyebut mati karena hidup di alam lain yang penuh kenikmatan. Masa ke nabi yang membawa risalahnya saja mustahil mendapat kemuliaan. Ini Sebagaimana dijelaskan Syaikh Fetullah Gulen.

Tentu rancu dong nabi mulia disamakan dengan kita manusia biasa. Benar nabi manusia tapi nabi selalu radarnya selalu terhubung ke Allah. Kualitasanya pun tak sama.

Kita saja sama-sama manusia biasa, sama-sama warga indonesia, bukankah begitu. Tapi coba jawab, apakah kita sama-sama mendapatkan kemulian juga pengormatan sama seperti Pak Jokowi?!

Presiden itu sebagaimana aturan negara, tidak hanya mendapat hak istimewa selama hidup. Nanti di akhir  usianya pun sama mendapat penghormatan pula. Lah, presiden yang dipilih rakyat saja demikian pulanya, masa iya nabi yang dipilih langsung Maha Kuasa mustahil mendapat kemuliaan baik sewaktu hidup dan wafatnya?! Betapa kurang ajarnya orang yang berpikir begitu. (***)

Pandeglang, 31 Oktober 2023   14.42

Posting Komentar

0 Komentar