Palestina Itu Luka Kita

Palestina kembali menangis. (Foto Antara. com)


Bumi Pelestina kembali berkobar, Israel kembali memborbardir negeri Para Nabi itu. Rasanya tidak tersisa rasa iba, negeri zionis membasmi kaum papa lagi tak berdaya. Palestina menjerit-jerit. Entah di mana nurani mereka meski dunia terus bersuara.

Tercatat dari laporan Kemenkes Palestina ada 3.785 sejak 7 oktober 2023. Sebagai rincian ada 1.524 anak-anak tewas dalam serangan ke jantung Palestina dan ada 1.000 kaum perempuan syahidah di sana. (Antara.com).

Sejauh ini baru Turki yang bersikap cukup berani menyikapi kesewenang-wenangan zionis. Sayangnya, suara negeri lain terdengar begitu mendayu tanpa punya tekanan agar Israel berpikir jernih lagi.

Amerika yang katanya lebih dewasa dalam memahami HAM juga demokrasi sejauh ini belum serius berkenan merapikan konflik akut di negeri Palestina. Entah ke mana Inggris, entah ke mana Belanda, Jerman dan Perancis. Di mana pula PBB yang menjadi payung dunia internasional.

Pelestina tetap menangis. Palestina terus menjerit. Perang seolah mainan belaka. Sekarang gencatan senjata, esok sunyi, katanya damai. Tak lama lagi suasana kembali memaanas. Rudal terbang seperti penghias langit. Bom terdengar, ledakan di mana-mana.

Rumah sakit tak mampu menampung pasien yang mengular di mana-mana. Mayat bergelimpangan bermandikan darah. Nakes kelelahan melayani korban silih berganti. Di saat yang sama rudal menyerang rumah sakit, entah berapa lagi yang harus menjadi korban keganasan hawa nafsu.

Akan sampai kapan ledakan ini berakhir? Sampai kapan bayi mungil kembali tersenyum ceria? Adakah waktu anak-anak bermain riang, berlari di taman dan jalan-jalan. Tanpa harus takut dengan ancaman bom yang kapan saja meledak.

Mungkinkah sekelompok remaja puteri berbincang-bincang hangat sepulang belajar. Buku masih bertumpuk di tasnya, di tangan kitab suci terus dipeluknya. Di sebagian sana, sekelompok remaja putera sibuk mendaras Al-Quran dengan tekunnya.

Aduhai, di mata hati mereka, saat warga yang tak berdosa mati berkelimpahan. Tangis tiada tara. Jerit tiada guna. 

Wahai yang terketuk hatinya, mari terus galakkan doa untuk saudara kita di sana. Meski mungkin kita berbeda, setidaknya kita satu manusia yang sama. Merdeka milik semua.

Semoga Allah memberikan kekuatan dan kekuasaan pada mereka yang lemah melawan kezaliman. Zionis yang ekstrim, mudah-mudahan terbuka nuraninya agar menyadari apa yang dilakukan. Dunia bersama bergerak memperbaiki, tak hanya bicara seperti saya. (**)

Pandeglang, 22 Oktober 2023  17.26

Posting Komentar

0 Komentar