Generasi Muda (Bukan) Musuh Generasi Tua

Bukan soal generasi tapi seharusnya soal esensi apa. (Pixabay. com)

Ketika mengomentari orasi literasi-nya Kang Fejri sore sabtu kemarin tentang komunitas, Kang Encep sempat menyindir sampai saat ini masih ada gap antara sastrawan muda dengan sastrawan muda. Hal itu sering memicu perang dingin. Satu sama lain merasa unggul.

Beliau menceritakan "perang dingin" ini bukan arahnya ke perang gagasan. Tapi lebih kepada perang ego, yang tua "merasa istimewa" dan yang muda "merasa mampu". Saat menulis di media misalnya, ada tulisan yang tidak disetujui bukannya balas menulis di media lagi. Ini menulis di status WA, Facebook dan sejenisnya.

Boleh saja tidak setuju, tapi caranya loh agar lebih cerdas lagi. Hal ini tidak seperti di masa lalu, sikap sastrawan kita. Kalau tidak setuju dengan gagasan rekannya membalas di media lagi. Perang gagasan agar mencerdaskan bangsa. Sekarang lain, kesannya kekanak-kanakan.

Apa yang dikemukakan Kang Encep itu mengingatkan saya pada perang pemikiran Ulama di masa lalu. Ulama dulu sudah memberi teladan ke kita bagaimana menyikapi perbedaan pemikiran. Misalnya buku Imam Al-Ghazali tentang filsafat dikomentari oleh Ibnu Rasyid.

Hal ini menjadi polemik menarik saat itu. Terbit satu kitab dikomentari kitab lain lagi. Gagasan Imam Ghazali tentang Filsafat dikelupas. Lahir kitab lain membenarkan gagasan Imam Ghazali. Begitu seterusnya.

Lahirlah dua kutub pemikiran sampai saat ini efeknya terasa, yaitu sebagian berpikir filsafat itu biasa saja. Boleh dikaji asal sudah cukup pengetahuan. Sebagian lain berpikir justru filsafat amat penting. Bukankah dengan filsafat kita akan lebih cerdas dan futuristik?

Begitulah kira-kira perbedaan itu. Walau pun begitu, penghormatan terhadap satu sama lain tidak hilang. Ada batas moral di sana. Bukankah Nabi diutus memperbaiki moral di masa itu?

Singkat kata, kalangan tua tidak boleh besar diri dengan statusnya itu. Benar mereka lebih berpengalaman, tapi ingat! Harus ada estafet perjuangan yang melanjutkan. Kalau bukan kalangan muda, ya siapa lagi.

Begitupula generasi muda. Jangan mentang-mentang kuat dan meledak-ledak berbuat semaunya. Tidak boleh begitu, harus sadar diri dan mau belajar. Mau mendengar saat dinasehati. 

Oleh karena itu, status generasi itu hanya sebatas sebutan. Terpenting sih, sikap dan akhlak pula perlu diperhatikan. Fokusnya ke esensi bukan gengsi. (*)

Pandeglang, 23 Oktober 2023.  22.54

Posting Komentar

0 Komentar