Resensi Dua Novel Pipiet Senja: Kalbu dan Bagaimana Aku Bertahan

 
Novel Kalbu yang jadi novel pertama trilogi.  (Dokumentasi Pribadi) 

Dua novel yang bagus. Sederhana, mengalir dan islami. Perpaduan yang sekarang menjadi hal biasa, entah di masa dulu. Masa di mana tahun 70-an sampai 2000-an.

Meskipun dua novel ini ditulis oleh orang yang sama, tapi berbeda. Kalau nove pertama Bagaimana Aku Bertahan itu kisah nyata penulisnya sedangkan novel kedua Kalbu adalah rekaan penulisnya. Kedua napasnya sama, menjalani takdir sebaik mungkin.

Novel pertama mengajak kita mendalami nasib pahit Pipiet yang lahir dengan kelainan darah, punya suami yang kejam dan kesulitan ekonomi yan menderanya.

Di balik produktifitas sebagai penulis, siapa nyana, ada masa di mana berjuang melawan penyakit. Dari para dokter mengatakan penyakit thalasemia yang seumur hidup wajib transfusi darah secara berkala.

Meskipun begitu, tidak ada rasa patah dari penulis senior ini. Terus berusaha, bersabar dan hadapi hidup semampunya. Tidak ingin kehilangan kesempatan mensyukurinya.

Di potret di depan perpustakaan Rumah Dunia. (Dokumentasi Pribadi) 

Di novel kedua bercerita soal Syifa sebagai anak tunggal dengan ibu seorang tokoh agama. Ibunya memilki panti asuhan mandiri. Syifa aktivis di Rohis, kalau sekarang mungkin LDK (Lembaga Dakwah Kampus).

Hal ini menjadi rumit karena ibunya dimadu, sayangnya ia tidak tahu dan belum tahu pula siapa bapaknya. Kerumitan ini makin kentara dengan tokoh antagonis, Siska. Tak lain saudara sebapak yang iri dengan Syifa.

Sudah beberapa kali berusaha memusnahkan Siska. Puncaknya, ibunya Siska tertabrak dan wafat. Keseruan ini bertambah dengan adanya Fathur, tokoh utama yang juga aktivits dakwah. Cinta keduanya bertaut, hanya saja hati-hati menyembunyikannya agar tak ada yang tahu.

Sia-sia saja. Cinta itu semakin ditutupi makin nampak saja warnanya. Belum konflik keluarga yang menambah pembaca penasaran. Jalan cerita yang berliku-liku tapi membuat penasaran.

Meski pun diakhir novel ini saya dibuat kecewa karena bersambung. Novel ini sendiri trilogi dari Kalbu, Nurani, dan Cahaya. Kekecewaan saya takut tidak menemukan dua novel selanjutnya, bukan apa-apa dapat pinjam di perpus Rumah Dunia. Hihi.

Lepas dari itu, pembaca tidak akan rugi kalau membacanya. Hanya 209 halaman dengan bentuk yang mungil. So, selamat membaca. (***)

Pandeglang, 21 November 2023   15.04

Posting Komentar

0 Komentar