Baik-baik di Sayang

Gemuruh dan debar rasa yang berdebar. (Pixabay. Com) 

Tak usah bertanya pada senja, sejauh apa jarak memisahkan. Karena kita tahu, sejauh apa pun jarak itu kenyataan. Ada di mana kita tak boleh mempersoalkan. Kita tak boleh memperdebatkan. Kita berdamai lantas menerima selapang dada yang kita mampu.

Selangkah lagi, tahun berganti. Selangkah lagi ada masa baru kita hadapi. Selangkah lagi kebersamaan kita, tak lagi sebentar. Ada hal yang mati-matian kita jaga. Ada kerinduan tiap saat kita siram, jaga dan lestarikan. Semua tentang rasa kita.

Di saat sepasang kekasih asyik menikmati kebersamaan, tersenyum ceria sesekali menatap kejauhan, di saat itu lah aku ingat kamu lagi. Entah kenapa aku membayangkan aku di sana dengan kamu, kita membicarakan peristiwa konyol yang kita hadapi. Sesekali kami merajuk atau aku jail. 

 "Aku ingin ke alun-alun sana lagi," katamu.

"Mau ngapain," godaku. Tahu lalu saja sudah ke sini, tapi tak bertemu, lah tahu ini?

"Pengen ketemu kamu," jelasmu dengan emot ketawa.

"Memang sudah berani?"

"Beranilah. Kesempatan kan gak selalu datang dua kali," kamu pun sedikit bercerita apa yang terjadi di tahun lalu.

"Tapi, tapi ay, apa itu mungkin?"

Apa mungkin? Kita tidak tahu, hanya saja kita berusaha bersikap seperti sepasang merpati yang dipisahkan tuannya. Toh, sejauh jarak memisahkan, bakal ada masa di mana musim berganti. Di masa itulah, saat di mana kesempatan ada.

"Baik-baik di sayang, jangan di buang," katamu dengan tersenyum. (***)

Pandeglang, 19 Desember 2023  17.31

Posting Komentar

0 Komentar