Saya Bukan Penulis

Saat hadir di acara bedah buku Kang Encep. (Dokumentasi Pribadi)


"Kamu penulis?"

"Hanya suka menulis," biasa gitu saya menjawab.

"Sudah punya berapa buku?"

"Buku?" Biasanya saya mengernyitkan kening. Saya memang sudah ikut menerbitkan antologi puisi, cerpen, dan fiksi mini, tapi apa itu layak disebut karya saya? Hem, entahlah.

"Sudah di kirim ke mana saja tulisannya? Sudah pernah dapat honor?" 

Lagi, lagi saya diam merasa sangat tidak nyaman. Prinsip saya sederhana, saya suka menulis dan syukur kalau ada yang mau membaca. Sampai saat ini belum terpikir ikut para senior yang menerbitkan bukunya dan disebarluaskan ke seantero negeri.

Ya. Saya hanya suka menulis. Ketika disodorkan pertanyaan macam di atas dan lebih dari itu, lah kok saya seperti terbebani. Sisi lain saya merasa tak serius dengan aktivitas menulis saya, di sisi lain saya memang nyaman dengan ketidakseriusan ini. Dari sini saya bisa melihat dunia, bicara pada dunia dan dunia tidak tahu saya siapa.

Terdengar aneh, bukan? Bukan aneh sih, hanya unik. Jadi biar seimbang begitu. Kalau banyak orang belajar menulis ingin terkenal, dikenal dan lebih berdaya. Lah, saya biar menjadi biasa saja. Di antara banyak itu harus ada penyeimbang. Gak apa saya di antaranya. Hihi.

Biar menulis aktivitas lain saya, bukan modal utama dapur saya mengepul. Bukan iseng juga sih, semacam ladang harta kekal begitu. Tetapi saya tidak menyalahkan dan mengomentari orang yang tak sejalan dengan pikiran saya.

Ini pikiran saya dan keinginan saya, biarkan orang bahagia dengan pilihannya. Dan saya, bahagia juga dengan pikiran saya. Sederhana sekali.

Tapi semua masih bisa terjadi, toh, ini pikiran sekarang aja.  (***)

Pandeglang, 5 Desember 2023   17.47

Posting Komentar

0 Komentar