Baru Ingat Hari Lahir Saya

Screenshoot chat orang yang mengingatkan saya soal hari lahir. (Dokumentasi Pribadi)

Saya sungguh lupa kalau hari ini saya dilahirkan dan memang--- kebisaan di keluarga kami hari lahir, ya hari saja. Bukan moment spesial. Maka chat dari ia yang manis di sana buat saya berpikir, "eh, spesial juga saya!"

Karena itu, saya sering risih melihat acara ulang tahun yang di sana meniup lilin, hingar bingar musik atau digegerkan. Untuk apa diramaikan sedemikian rupa kalau tak ada perubahan signifikan dalam hidup. Mungkin kita maklum kalau orang gedongan, ya kalau orang biasa yang modal pas-pasan, buat apa?

Alangkah lebih baik uang yang ada digunakan demi kepentingan yang lebih baik. Tentu saja bermanfaat. Misalnya membeli buku, memanam saham atau investasi akhirat yang abadi. Dengan begitu uang yang ada lebih solutif.

Pernah tuh aku lihat, demi acara ulang tahun anaknya rela mengeluarkan kocek jutaan. Mungkin tak masalah kalau konteksnya perkotaan, di perkampungan juteru problematika banget. Jadinya ya gitu, menjamur seperti budaya anget-anget tumbuh.

Adik saya sampai minta seperti itu, kontan saja ditolak. Selain gak mau juga urusan finansial juga jadi perhatian. Hihi. Realitis kita mah. Untuk menyiasati aku bilang ke Emak, kumpulkan saja uang logam lantas masukkan ke nampan yang di sana sudah ada terigu campur Blau.

Biarkan nanti teman-temannya rebutan pakai gigi. Kita yang melihat yakin pengen ketawa. Sederhana tapi membekas. Itu saya tahu dari novel Kang Abik dan kebetulan budaya itu pernah ada di kampung kami. Cuma itu, di hari kemerdekaan Indonesia. Itu pun dulu.

Sederhananya, ulang tahun itu momentum bersyukur. Syukur atas nikmat  iman dan sehat jasad wa rohani. Lebih dari itu merenungkan akan ke mana nanti. Hakikat bertambahnya waktu itu berkurangnya usia kita. Semakin dekat ke alam sana. Tiap detik jatah kita berkurang.

Itu lah kenapa Habib Jafar bilang, usia kita bisa berakhir tapi umur akan abadi. Artinya apa? Usia itu soal batas hidup kita sedangkan umur itu amal shalih kita. Determinasi amal itu tak terhingga akan ada masa dipertanggungjawabkan di sejagat makhluk-makhluk. Masa itu yang ada kejujuran, kebenaran dan kepastian.

Di tanggal cantik ini, saya sungguh merenung soal orang tersayang yang kembali ke hadirat-Nya. Hampir per tahun pupus. Menjemput takdir abadinya. Dari ipar, kakek, kakek mindo, bapak dan orang sekitar yang sedikit membentuk karakter saya. Saya mikir takdir dan kisah cinta saya. Hihi.

Oleh karenanya, saya berharap dengan bertambah angka di usia saya, hanya mengharapkan rahmat, ridha dan magfirah-Nya. Segitu saja cukup. (***)

Pandeglang, 7 Februari 2024   18.06 k

Posting Komentar

0 Komentar