Senyum Yang Berlalu

Foto hanya pemanis belaka. (Dokumen pribadi)

Tatapan itu masih sama. Tatapan yang lembut, senyum yang manis dan sapaan yang meneduhkan hati. Meski telah berlalu, kamu masih seperti dulu, orang yang istimewa di hati. Tahu gak sih, sekarang aku merasa berdosa dengan apa yang aku lakukan padamu. Ya kamu, teman tapi jadi mesra.

Rasanya masih hangat tatapanmu. Tatapan itu mirip saat kamu malu-malu menjaga diri mengucap sebaris kata, aku suka kamu. Sebenarnya aku tahu kok kamu suka aku, dari semua sikap dan perhatianmu. Tapi kamu tahu, ada hati lain di hatiku yang lebih dulu mengetuk. Mengisi dan menemani hariku.

Ya sudah ya, itu masa lalu. Aku yakin kamu tahu, kan kita sama-sama sudah dewasa. Tak semua yang kita inginkan harus didapatkan, dimiliki pula. Ada keharusan cukup kita merasa, melihat dan menikmatinya saja. Bisa jadi saat kita memaksa memiliki, bukan madu yang terasa, yang ada empedu.

Lagian, menurutku ya, kamu terlalu sempurna. Aku kok merasa tidak nyaman nantinya. Aku suka kamu, tapi cukup segitu saja. Kamu tak harus tahu, cukup merasakannya. Eh, tiba-tiba ketiban apa kok  kamu mengungkapkannya? Ke aku, orang yang selalu nyaman diajak curhat. Pun sebaliknya.

Ya sudah ya, itu masa lalu. Aku yakin kamu tahu, kan kita sama-sama sudah dewasa. Tak semua yang kita inginkan harus didapatkan, dimiliki pula. Ada keharusan cukup kita merasa, melihat dan menikmatinya saja. Bisa jadi saat kita memaksa memiliki, bukan madu yang terasa, yang ada empedu.

Aku sudah bahagia dengan apa yang aku miliki sekarang, terutama buah hati yang menghangatkan rumah kamu. Kamu? Aku dengar tengah menjalin hubungan serius dengan seseorang nun jauh di sana. Aku tak tahu dan tak mau tahu. Aku cuma berharap, semoga mudah prosesnya sampai nanti di detik-detik menegangkan.

Aku baru sadar, kita tak usah takut dengan masa lalu. Masa lalu kan sudah berlalu, semua hanya kenangan. Kalau indah sering kita ingat sedangkan pahit pasti menyakitkan lantas segera kita lupakan. Tak lebih dan kurang.

Kamu benar, mencintai tak melulu soal bersama, putus atau bertahan. Lebih dari itu mencintai adalah proses kita dewasa. Dewasa mau saling belajar memahami dan menciptakan kenyamanan pada pasangan kita. Tidak egois hanya karena salah paham, tapi mau berbicara dengan kepala yang dingin. Gak usah pakai es jua sih. Haha.

Kalau orang yang kamu sayangi ingin tahu aku, kasih tahu saja. Apa adanya. Gak usah kamu tutupi. Aku salah kok dan kamu berhak bahagia. Suatu saat, aku pun ingin seperti kamu, terbuka pada pasangannya. Saat ini, aku belum bisa. Pasanganku terlalu paranoid. Tenang saja, aku sayang dia kok.

Dan, selamat berjuang masa lalu. Semoga rasa yang berlalu membuat kita jadi manusia yang baru. Manusia yang mau terbuka dan tidak mudah menghakimi. Semoga kamu bahagia di sana, dengan mimpi dan cita-cita lama. (***)

Pandeglang, 27 Maret 2024   17.10

Posting Komentar

0 Komentar