kok Bucin


Kamu yang pernah baca novel Dilan atau mungkin menonton filmnya, ada yang berseloroh, "Masa iya, bucin banget gitu." Padahal laki-laki harus tegas, perkasa dan bla-bla.

Rumusnya ya, harus terlihat tegas. Tidak hanya di novel Dilan sih, di novel remaja lain pun kurang lebih sama. Sisi kemesraan menjadi salah satu tema utama. Di film apa lagi, kisah cinta selalu hal yang selalu sentimentil. Apalagi kalau ujungnya ke ranjang, waduh, itu yang selalu menjadi daya tariknya.

Terutama kalau kamu membaca novel barat, heuh, pokoknya. Kasihan yang menjomblo, berkhayal terus. Ha-ha. Tema cinta memang selalu menarik. Itulah kenapa Kang Abik memilih memberi nama novelnya "Ayat-ayat Cinta" karena kata cinta tak pernah usang pun lekang oleh waktu. Dari peradaban batu sampai peradaban teknologi sekarang, kata cinta selalu menarik dibicarakan.

Aku agak jengkel pas adikku bilang seniornya bilang," Apaan ini novel. Kalian itu harusnya buat karya ilmiah bukan menulis novel gini," lantas novel itu diabaikannya. Tak dianggap berharga. Bagiku itu penginaan. Apa dipikir menulis novel itu gak mikir dan butuh data.

Benar sih novel itu imajinasinya penulis, tapi di mana mungkin penulisnya kaya wawasan tanpa punya minta baca yang rendah? Penulis ialah mereka yang punya passionate, jadi gak asal jeplak saja. Lagian menurut Bang Pahlevi, tidak sedikit ilmu pengetahuan berasal dari karya atau pikiran penulisnya lewat cerita fiksi.

Terus, itu Bumi Manusia apa fiksi? (***) 

Posting Komentar

0 Komentar