Surat Untuk Bapak

Sehat di sana, Pak?

Malam ini Mahyu masih terjaga. Menulis, membaca apa yang ditulis teman-teman. Gak semua baik sih, tapi sedikit banyak membuat Mahyu berpikir banyak tentang banyak hal. Mahyu rasa bapak tahu, seperti apa kelakuan anaknya seperti apa.

Pak, wa Juman tadi pagi meninggal. Beristirahat tenang sekitar jam 7 pagi. Mahyu baru tahu jam 11-an. Mahyu tidur dan hape gak online. Semenjak bapak pergi pola tidur Mahyu gak tentu. Gak bisa tidur awal, ya gimana kalau tidur awal siapa yang mau jagai Emak dan keadaan rumah.

Mahyu ke sana kok Pak, ke rumah Uwa. Ramai di sana keluarga bapak. Ada Oma, Ua Iyah dan keluarga besar dari almarhum ua sumiyah. Mahyu ikut mensalatkan juga menguburkan meskipun gak sempat hadir saat pemandian.

Kalau melihat ua, mahyu ingat bapak. Bapak yang pendiam,suka guyon dan apa adanya. Sering ribut sama Emak tapi kayak Tom and Jerry, cepat banget akurnya. Kadang Mahyu berpikir, apa nanti Mahyu begitu kalau sama isteri. Ribut bukan mikir urusan dapur harta tapi salah paham karena Emak ga didengarkan omongannya. Hehe. Lucu emang. Tiap ribut begitu. Sepele banget.

Mahyu ga bisa hadir lama Pak, cuma sampai penguburannya. Setelah mampir 30 menit-an langsung pulang. Emak harus cek-up. Mungkin harus berobat rutin ke dokter Subihat. Kehilangan bapak berpengaruh banyak ke mental Emak. Alhamdulillah sejauh ini Mahyu bisa meringankannya, ya walau pun gak semuanya.

Sore mau berangkat dokter, ada tamu dari Lampung. Anak dari tetehnya Ende, Emak Gede Iah. Ngobrol-ngobrol lah. Walau waktu mepet, ya gimana. Sempat diberi makan ala kadarnya. Setelah itu pamit dengan sebaik-baiknya karena besok dokternya gak buka praktek dan obat Emak habis.

Sekitar jam setengah lima baru bisa berangkat. Cuaca gelap. Baru juga sampai tanjakan Cilogang hujan deras mengguyur. Mahyu segera mengentikan motor dan membuka jok, di sana ada jas hujan. Mirisnya, gak ada. Bingung yang ada. Mau pulang tanggung, mau meneruskan apalagi lebih jauh.

Atas saran Emak mampir di rumah Pak Lurah. Sepi juga rumahnya. Menunggu di depan teras, ada si Ropi cucunya, teman sekelas Mahyu sih. Tapi kurang akrab. Karena petir terus teriak-teriak, Emak masuk ke dalam, yang lainnya pun sama. Namanya keluarga ini, ya namanya "itu punya" agak gimana gitu. Emak mah biasa aja sih.
  
Dan ternyata, Teh Dede putra dari almarhum lurah sepuh sakit batuk dan menggerogoti tubuhnya, badan yang dulu indah kini terlihat amat sangat ramping. Emak sampai kaget dan shock berat. Menggigil melihatnya. Pengen pulang tapi gak punya mantel. Mau sewa mobil ke mana.

Alhamdulillah sih akhirnya naik mobil suaminya teh Dede. Karena dia juga mau kerja sempat menolak. Tapi karena Emak desak, makanaya mau. Resikonya bawa mobilnya wuih macam pembalap. Selip kanan-kiri yamg buat Emak cemas.

Gitu dulu ya, pak. Menguap ini, pengen tidur kayaknya. (***)

Pandeglang, 3 Maret 2024 |  02.13

Posting Komentar

0 Komentar