Kita Mah Apa Sih

Hey, kamu. Iya kamu. (Pixabay. com)


Sebenarnya semua ada masanya harus terjadi, termasuk saat ibu yang kamu katakan bakal pulang, dijemput anak tertuanya. Di saat semuanya begini dan penuh lika-liku. Baru saja selesai satu fase lantas ada fase lain yang buat ngos-ngosan. Dengan wajah penuh air kamu menceritakannya.

Aku hanya menguatkan, semua harus terjadi dan jangan menyerah. Perjuangan masih panjang dan kita tak bisa mengatur semuanya, biarkan ia mengalir sampai di mana kita lelah kalah atau tersenyum penuh kemenangan. Menangisi dan menyesali takdir hanya membuat kita hancur perlahan-lahan.

Otomatis kamu harus sendiri di rumah ditemani mpus dan mimpi-mimpi. Tenang saja, aku tak akan lari untuk membiarkanmu terpuruk di gua penuh sunyi. Di saat begini, aku ada sebisa mungkin menguatkan meski hanya sekedar kata dan terhalang dimensi ribuan kilometer. Cinta terkadang bukan soal jarak tetapi soal menyembuhkan kerinduan yang kadang resah tak terkira.

Terlebih di saat lelah menyembul, sunyi dan seseorang menemani tak jua nongol. Aku di sini, sibuk pula dengan rutinitas. Biasanya timbul curiga. Terjadi salah paham, di waktu tertentu saling diam mendiamkan. Kamu cemas dengan pikiranmu dan aku bingung dengan sikapmu, ada apa lagi?

Bukan lontaran curiga dan jarak yang jauh kita inginkan. Dingin itu mematikan. Harus ada yang yang berusaha mengalah, atau bersedia mendengarkan keluhan hati yang membatu. Harus ada yang cair. Biarkan itu pecah, meski ada air mata atau sesekali adu kata-kata sedikit panas.

Biarkan itu prosesnya. Kita mah apa sih, dua sejoli yang melipat mimpi lewat WhatsApp. Sesekali video call dan lebih banyak meluangkan waktu lewat chat-an yang buat kita terjaga.

"Hanya begitu saja," kata orang kepadaku.

"Iya, apa kek, kan sama-sama dewasa."

"Lah, emang kenapa dengan orang dewasa?"

"Pokoknya, gitu saja."

Heran dong aku, apa definisi dewasa. Apa mungkin arahnya ke sana, dan benar katanya. Ih, kami pacaran saja sudah gak benar apa lagi sampai ke sana, waduh bisa-bisa terbakar ini iman. Sudah pula keropos kurang asupan gizi ditambah bumbu panas penuh pedas, wah... gila lu Ndro! (***)

Pandeglang,  3 Maret 2024  17.59

Posting Komentar

0 Komentar