Sepuh Kami

 


Dulu, beliau memang bukan sepuh. Sering banget kena damprat sempuh lain karena sikapnya yang kadang terlalu buru-buru dan kurang peka. Pernah suatu waktu subuh, iqomat sudah dikumandangkan, namun imam belum ada.

Sepuh yang biasa menajadi imam masih duduk. Tahu-tahu yang belum sepuh ini maju ke depan, berdiri di pengimaman. Kontan saja beliau kena omel, terjadilah adu mulut. Aku yang melihatnya, hanya terpekur sambil menatap cemas.

Dan kejadian-kejadian lain yang agak mirip di waktu lain. Namun sekarang sepuh itu sudah menjemput rahmat-Nya dan bergantilah waktu, yang muda maju. Sepuh pun berganti pula. Begitulah romantika hidup.

Aku pikir dengan beliau menjadi sepuh akan lebih baik. Ternyata, ada saja hal minus terdengar dan sempat aku alami kejadian naas itu. Misalnya, "dimarahi" malam-malam Ramadan agar tidak tadarusan terlalu dekat, menggangu istirahat. Di acara riungan sempat pula dibahas, itu menganggu.

Gertakan pun beberapa kali aku alami dan terima untuk kesalahan yang sebenarnya tak salah juga. Hanya saja beda persfektif. Sikapnya kadang "ingin menang sendiri" dan "merasa benar sendiri" sering buat greget. Hal itu bukan hanya aku rasakan, yang lain pun, yang kritis menyampaikan padaku bahwa sering keberatan.

Terlepas dari itu, lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan sikapnya, beliau memang orang yang selalu paling awal datang tiap masuk jadwal. Di waktu subuh yang kadang susah imam, beliau sudah dari jam 3 an lebih terjaga dan i'tikaf di Masjid. Tiap waktu rajin dawam tilawah. Tentu dengan kebaikan lain yang tak harus dijabarkan di sini.

Dari wajah sepuh itu, yang suka mengamalkan perkara surga sering aku melihat tak melihat wajah surga di sana. Entah salah niatnya atau hatiku terlalu busuk melihatnya. Atau karena begitu saja wajahnya, wajah surga kan tak melulu penuh senyum manis. Kadang yang manis suka menipu. Contohnya gula, gula kan manis. Terlalu makan gula bisa diabetes mellitus loh.

Atau bisa jadi karena wajah itu sedang menampilkan rasa sakit. Dua tahun ini divonis terkena penyakit, entah rematik entah apa. Intinya, terserang sakit. Wajar emosinya tak stabil. Aku saja yang labil mengukur sesuatu lewat kaca mata diriku buka kaca mata mereka.

Poinnya apa? Ya itu, luruskan niat. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang, 17 April 2024   22.52

Posting Komentar

0 Komentar