Kasihku yang Manis

Kekasihku yang baik, esok lebaran. Lebaran yang diambil dari kata lebar. Apa yang lebar? Bisa apa saja. Bisa yang lebar pikiran kita yang jumud kembali cerah. Bisa pengharapan kita yang sempit pada takdir terbuka untul lebih terbuka. Bisa juga impian kita yang tadinya kelam tapi kini cerah oleh cita-cita luhur.

Esok lebaran, kekasih. Apa yang kita lakukan di tahun kedua kita merangkai impian. Dari yang sama-sama polos menjadi serba tahu. Dari kalem menjadi ganas seperti tikaman singa kurang makan. Dari mimpi yang tenang kepada mimpi panas penuh hentakan. 

Besok memang lebaran, saat-saat di mana banyak hal kita alami. Mulai dari bapak kita yang dijemput pencabut kenikmatan menuju alam keabadian. Di mana sebagian jiwa kita ada agak sunyi, kehilangan cinta untuk selamanya. Tak peduli kita menangis dan terpukul olehnya, semua terjadi karena takdir-Nya.

Kekasihku yang manis. Tersenyumlah. Semoga dengan senyum semua ujian dan keadaan yang tak mengenakan hati sedikit membuatmu prima, ceria dan terjaga akan takdir-Nya.

Hidup ini memang ada asem, asin dan manis mau pun minus. Sayur asem memang enak kalau disatukan, tapi menyatukan takdir dari segala rasa itu tak semudah kita mengigit batu. Batu itu keras tapi lebih keras mana antara kerasnya hati dan pikirannya yang membatu pada kebatuan. Maksudnya keengganan menerima nasihat orang.

Kasihku yang manis, saat kau baca tulisan ini, ingatlah seseorang yang begitu kalem menulisnya. Dengan kesadaran penuh dengan keramahan bukan demi di dukung menjadi calon pejabat negara yang kadang ada saja menjadi uka-uka. Ingatlah ia, yang memang tidak sombong dan rajin menabung kalau ada maunya. Tidak mudah sabar tapi sabar kecuali pantatnya lebar menunggu takdir, kapan aku bersama di sana?

Kalau sudah begini, ya udah. (***)

Pandeglang, 10 April 2023    01.4

Posting Komentar

0 Komentar